Mati Sebelum Mati

 Ada satu perintah dari Nabi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yaitu; “Matilah sebelum mati”, Juga ada dalam sebuah hadist Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda; "Matikan dirimu sebelum engkau mati".  

Jalan untuk bertemu Allah ialah mematikan diri, Maksud dari mematikan diri disini bukan mati meninggalkan dunia ini tetapi mati yang dimaksudkan ialah mati maknawi. Jadi yang dimaksudkan disini ialah upayakanlah dalam kehidupan ini ruh (ruhani) kita terbebas dari pengaruh jasmani, tidak terkukung oleh jasmani atau tidak terkukung oleh hawa nafsu. Upayakanlah ruh (ruhani) kita mengendalikan hawa nafsu bukan hawa nafsu yang mengendalikan ruh (ruhani) kita.

Nabi Rasulullah memerintahkan untuk memfanakan diri ialah agar nantinya bisa sampai kepada Allah (washil illallah), Karena itu ketahuilah bahwa hanya dengan cara inilah manusia baru sampai kepada Allah. Ini adalah perintahnya Nabi Rasulullah maka fardhu 'ain lah hukumnya.

Hadist ini adalah perintah dari Nabi Rasulullah yang sarat dengan makna, perintah Rasulullah tersebut ialah untuk memfanakan diri (mematikan diri) yaitu meleburkan diri jasmani menuju diri ruhani, sehingga nantinya dengan diri ruhani kita dapat bertemu Allah.

Firman Allah dalam hadist qudsinya yang berbunyi : ”Sesungguhnya hamba Aku, bila Aku sayang padanya Aku matikan dia, Akulah yang menggantikannya.''

Maksud mati disini juga sama ialah mati maknawi yaitu atas izin Allah lebur (fana) diri jasmani dan diri ruhani kepada diri yang Haq yakni Allah Ta'ala, Jadi yang dimaksudkan disini ialah keadaan pada fana fi Af'al, fana fi Asma, fana fi Sifat, dan fana fi Dzat.

Caranya adalah berdzikir karena dzikir adalah penyambung rasa cinta kepada Allah, Berdzikirlah hingga fana jasad dan hati itu kepada Ruh, tetapi janganlah berhenti disini saja lanjutkanlah hingga Ruh itu fana (lebur) pula menjadi Nur, dan Nur itu lenyapkan pula kepada Rahasia Allah.

Setelah fana diri yang lahir dan sifatnya, dikala itu tidak ada yang ada kecuali diri bathin. Kemudian diri bathin pun fana pula kepada Allah. Jika sudah mantap pada maqam fanafillah ini selanjutnya adalah maqam tertinggi yaitu maqam baqabillah, apabila sudah lenyap dan fana segala sesuatu yang lain daripada Allah Ta’ala yaitu 'alam/mahkluk (diri kita juga termasuk 'alam/mahkluk) maka tidak ada sesuatu selain Allah maka tercapailah makam baqabillah. Setelah fana yang selain daripada Allah Ta'ala maka setelah itu tidak ada sesuatu kecuali Allah Ta'ala, Inilah maqam baqabillah.

Seseorang yang berada di maqam ini sudah mengenal Allah dengan Allah, Maqam ini ialah maqam tajalli (nampak), Sehingga seseorang yang berada di maqam ini akan menyaksikan bahwa yang ada hanya Allah, mereka tidak lagi melihat adanya yang selain Allah. 

Demikianlah perjalan ruhani seorang hamba hingga bertemu Allah Ta'ala, setelah melewati fana dan fana ul fana, mereka tidak lagi melihat adanya sesuatu yang selain daripada Allah Ta'ala yang mereka saksikan hanya Allah Ta'ala saja yang ada. 

Suatu saat amirul mukminin Sayyidina Ali bin Abi Thalib ditanya, "Dengan apa engkau mengenal Tuhanmu?"

Beliau menjawab, "Dengan cara Dia mengenalkan diri-Nya kepadaku"

Sayyidina Ali ditanya lagi, "Bagaimana Dia mengenalkan diri-Nya kepadamu"? 

Sayyidina Ali menjawab, "Dia tak menyerupai suatu bentuk dan Dia tak dapat dirasakan dengan indera dan Dia tak boleh dikiaskan dengan manusia.'' 

Dia dekat dalam kejauhan-Nya dan Dia jauh dalam kedekatan-Nya. Dia berada di atas segala sesuatu dan tidak dapat dikatakan sesuatu berada di atasnya. 

Dia di depan segala sesuatu tetapi tidak dapat dikatakan Dia memiliki depan (wajah). Dia di dalam segala sesuatu tetapi tidak seperti sesuatu yang berada dalam sesuatu. Dan Dia berada di luar sesuatu tetapi tidak seperti sesuatu yang keluar dari sesuatu. 

Maha Suci Dia yang seperti ini dan tidak ada yang seperti ini selain-Nya. Dan segala sesuatu itu ada permulaannya.

Syeikh Ibnu Athaillah berkata: ''Diri kita adalah tempat tajalli sifat ketuhanan, karena itu siapa yang kenal akan diri, dia akan mengenal Tuhannya. Siapa yang kenal Tuhannya, hilanglah dirinya. Maka timbullah kenal Allah dengan Allah.'' 

Wassalam.

Salam Makrifatullah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"Selamat datang di web blog saya, silakan beri sebuah komentar anda sebagai tanda kehadiran atau komentar yang sesuai artikel, yang tentunya komentar sopan dan santun yang sesuai isi artikelnya"

Postingan Populer

Postingan Lainnya

Mari Menemui Allah

Nabi Muhammad ( Rasulullah)   bersabda bahwa Allah berfirman: “Apabila hamba-Ku ingin menemui-Ku, Akupun ingin menemui-nya dan bila ia engga...