Allah Bukan Ruh Tetapi Allah Pencipta Ruh Seluruh Makhluk

Allah bukan ruh (roh), tetapi Allah ialah pencipta ruh seluruh mahkluk. Allah  itu bukan ruh tetapi Allah itu pencipta ruh, jadi jangan berkata tanpa ilmu, bahwa pencipta ruh adalah ruh anda akan ditertawai orang yang punya akal sehat! karena itu sama halnya berkata pencipta mobil adalah mobil.

Allah Tuhan langit dan bumi, Allah itu adalah Tuhan Yang Maha Hidup "Al - Hayyu" (Bahasa Arab), jika sudah dinyatakan bahwa  Diri-Nya (Allah) sebagai ''Al - Hayyu'' Yang Maha Hidup, Maka apakah perlu diberikan ruh agar Allah menjadi hidup ? Perlukah Allah dihidupkan padahal Dia Yang Maha Hidup ?  

Pertanyaannya; ''Siapa pula yang bisa memberikan Ruh kepada Allah agar Allah dengan RuhNya bisa hidup sedangkan Allah adalah Al - Awwal "Yang mengawali segala sesuatu ?"  

Jika anda cerdas,  maka anda akan menemukan Siapa Allah Tuhan langit dan bumi yang tidak sama dengan ciptaan-Nya,  Dia (Allah) Tidak membutuhkan kepada sesuatu untuk dapat hidup, ciptaan-Nya lah yang membutuhkan sesuatu untuk dapat hidup atas apa yang dianugerahi oleh Allah berupa ciptaan ruh milik-Nya yang dimasukkan ke jasad semua ciptaan-Nya. 

Allah mengurusi semua ciptaan-Nya, Dia tidak mengenal lelah terus menerus mengurusi ciptaan-Nya "Al - Qayyum" jadi tidak ada istilah buat Allah itu ada istirahatnya, Tuhan itu tidak pernah beristirahat! Kalau ada sosok yang diklaim sebagai Tuhan tapi ia mengantuk dan tidur,  dan butuh istirahat sudah pasti itu bukan Tuhan.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

اللّٰهُ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ الْحَـيُّ الْقَيُّوْمُ ۚ لَا تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌ ۗ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَ رْضِ ۗ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗۤ اِلَّا بِاِ ذْنِهٖ ۗ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۚ وَلَا يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهٖۤ اِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضَ ۚ وَلَا يَــئُوْدُهٗ حِفْظُهُمَا ۚ وَ هُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ

"Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Maha Hidup, Yang terus menerus mengurus mahkluk-Nya, Tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Maha Tinggi, Maha Besar." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 255)

Wassalam.

Terimakasih.

Nur Muhammad

Nur Muhammad adalah Nur Dzat yakni cahaya yang memancar dari Dzat Tuhan sejak azali hingga ke akhir zaman. Nur Muhammad merupakan rahmat bagi sekalian 'alam karena Nur Muhammad lah maka terjadi sekalian 'alam, terjadi nabi-nabi dan wali-wali, karena Nur Muhammad lah terjadi Nabi Muhammad dan pada Nabi Muhammad Nur/cahaya itu menjadi ruhnya. Nur Muhammad ialah Diri Sebenar-benar diri atau Diri Rahasia yakni Ruh Allah yang berada di dalam jasmani kita manusia, Rupanya sama saperti rupa kita tetapi ia ghaib, Dialah yang menjadikan kita hidup, Dia serba tahu karena datang dari Allah Yang Maha Tahu, Dia mengenal Allah kerana dia terpancar dari Dzat Allah.

Fana Fi Nur ialah fana kepada Nur Muhammad, fana kepada Nur Muhammad juga disebut Fana kepada Rasulullah atau Fana Fi RasulNur Muhammad ialah Rasulullah (utusan Allah).

Nur Muhammad foto

Nabi Muhammad bathiniyahnya telah wushul atau tersambung kepada Nur Muhammad, dengan kata lain Nabi Muhammad adalah tajalli sempurna daripada Nur Muhammad. Jadi diutusnya Nabi Muhammad sebenarnya adalah untuk mengembalikan manusia kepada kemurnian fitrah dasarnya, agar bisa kembali wushul atau tersambung fana (lebur) kepada Nur Muhammad, Sesiapa yang telah berhasil menfanakan dirinya ke dalam kesadaran mushahadah Nur Muhammad sehingga mampu menyaksikan hakikat wujud yang satu, maka ia dapat menjadi manusia sempurna, karena perilaku dan segala aktifitasnya senantiasa berada dalam liputan muraqabah Allah. Ia berpeluang menjadi wali (awliya) Allah yang bertubuhkan alif seperti tubuh Rasulullah. Alif ialah itibar bagi sifat hayyun Allah yang tidak pernah mengalami kematian.

Wassalam.
Terimakasih.

Tahap-Tahap Tauhid

Tahap-Tahap Tauhid menurut pandangan Imam Al-Ghazali.

Imam Al-Ghazali menjadikan sebiji kelapa sebagai contoh untuk menjelaskan tahap tahap tauhid seseorang itu. Seperti Iman, tauhid juga bertingkat-tingkat naik mengikut apa yang diyakini dan ditauhidkan oleh seseorang itu.

Ianya berkaitan rapat dengan apa yang ditashdiqkan oleh seseorang itu apabila mengucap Dua Kalimah Syahadah. Apa yang diyakini hasil pemahaman akan intipati kandungan Kalimah Syahadah itu disebut sebagai 'itikad.

 Adalah jelas 'itikad itu ialah hasil atau buah kepada pemahaman seseorang itu tentang Kalimah Syahadah-nya dan juga tentang Tuhannya. Dalam atau bertambah ilmunya maka meningkatlah Tauhidnya. Jika seseorang itu berpuashati dengan hanya mengetahui Rukun Iman & Rukun Islam sahaja, maka akan kekallah ia pada TAUHID ASAS. Ini disebut sebagai TAUHID ORANG AWAM.

Dalam hal ini seperti Iman juga tiada yang salah. Ianya tahap atau tingkat tingkat sahaja. Walaupun saseorang itu berusaha untuk mendalami ilmu agamanya, penentuan segala- galanya ada pada Allah jua. Maka dikatakanlah bahwa tingkatan tingkatan itu merupakan Anugerah Allah atau Ketentuan Allah.

TAUHID ASAS.

Jika seseorang bukan Islam mengucapkan Dua Kalimah Syahadah maka tidaklah boleh dikatakan ia orang kafir, kerana kita tidak tahu apa yang ditashdiqkan olehnya didalam hatinya. Ini seperti kulit bahagian luar kelapa yang hijau jika muda dan coklat bila masak.

TAUHID ORANG AWAM / AHLI SUNNAH WAL JAMA'AH

Jika seseorang itu mengucap Dua Kalimah Syahadah dengan mentashdiqkan dihati bahawa Tiada Tuhan Yang Disembah Melainkan Allah dan bahawa sesungguhnya Nabi  Muhammad itu Pesuruh Allah, maka tauhid sebegini disebut sebagai Tauhid OrangAwam.

Orang pada tingkat ini tidak mengamalkan NAFI & ISBAT dalam Kalimah Syahadahnya.

Maka berimanlah ia bahwa manusia itu ialah manusia manakala Tuhan ialah Tuhan. Perbuatannya ialah perbuatan dia selaku manusia dan Perbuatan Allah tidak ada kena mengena dengannya. Tauhid sebegini ibarat SABUT KELAPA yang tebal itu membawa arti orang awam yang ramai itu. Ianya juga disebut sebagai Tauhid Ahli Sunnah Wal Jama'ah.

TAUHID ORANG KHUSUS / KHAWAS

Orang orang pada tahap ini disamping mengakui akan Ketuhanan Allah dan Kerasulan Muhammad juga mentashdiqkan pengakuannya dengan NAFI & ISBAT. Kalimah Tauhid ditashdiqkan sebagai: Aku mengaku dengan bersaksikan diriku sendiri bahwa TIADA YANG NYATA didalam diriku melainkan Allah semata-mata.

Yang mengaku itu ialah YANG BERSUARA itu (nyawa / ruh) manakala saksinya ialah YANG MENYAMPAIKAN SUARA itu (jasad / badan) Kalimah Rasul ditashdiqkan bahwa: Aku mengaku dengan bersaksikan diriku sendiri bahwa AKULAH MUHAMMAD menyampaikan HAQ ALLAH.

Seperti yang disebut diatas yang bersuara itu ialah Nyawa atau Ruh (Nur Muhammad) dan saksinya ialah Jasad atau Badan. (yang menyampaikan suara) Tauhid sebegini diibaratkan sebagai isi kelapa oleh Imam Ghazali.

Orang orang pada peringkat ini beriman bahawa manusia itu tidak mempunyai apa apa daya upaya dan perbuatan. Segala daya upaya dan sebagainya adalah Sifat Sifat Allah belaka.

Maka segala perbuatan anggotanya pada hakikatnya adalah AF’AL ALLAH belaka. Anggota-anggota jasadnya merupakan ALAT atau SANDARAN bagi Allah melaksanakan PerbuatanNya.

Tauhid pada peringkat ini juga disebut sebagai TAUHID AF’AL. Ianya Tauhid Peringkat Pertama bagi orang Hakikat. Tauhid sebegini diibaratkan seperti ISI atau SANTAN KELAPA oleh Imam Ghazali.

TAUHID ORANG KHUSUS AL - KHUSUS

Tauhid yang sebegini ialah Tauhid Peringkat Tertinggi atau Tauhid Orang Khusus Al- Khusus. Orang orang pada peringkat ini mentashdiqkan Dua Kalimah Syahadah itu sebagai TIADA YANG WUJUD di alam mayapada ini. YANG WUJUD HANYA ALLAH atau dalam bahasa tasawufnya LA MAUJUDA ILLALLAH. Tiada Kalimah Rasul kerana pada mereka Nabi Muhammad itu pada hakikatnya ialah Sifat Allah Yang Agung. Orang yang bertauhid sebegini beriman bahwa dirinya sendiri sebagai manusia pada hakikatnya tidak wujud.

Dirinya merupakan Penampakan Allah Yang Nyata didunia ini atau dalam bahasa Tasaufnya disebut sebagai Tajalli Allah. Diri Yang Sebenarnya Diri yang meliputi jasadnya ialah RUH AL-QUDSI ALLAH. Jasadnya yang dianggap hidup itu pada hakikatnya mati dan dihidupkan oleh RUH AL-QUDSI ALLAH yaitu nyawanya.

Dirinya sebagai manusia merupakan alat atau sandaran Allah untuk menunjukkan  KeagunganNya, Kesempurnaan dan Kebesaran Allah. Sekiranya anda menganggap bahwa anda adalah penganut Ilmu Hakikat sewajarnyalah anda bertauhid pada peringkat Tauhid Khusus Al-Khusus (tauhid khawas ul khawas) ini.

Tauhid peringkat ini disebut juga sebagai TAUHID DZAT yang merangkumi Tauhid Sifat, Asma’ & Af’al. Imam Ghazali mengumpamakan Tauhid ini dengan RASA LEMAK SANTAN KELAPA yaitu dzat dalam santan kelapa itu. 

Wassalam.

Lahir Baru Atau Kelahiran Ruhani Atau Tiflul Ma'ani

Kelahiran pertama yaitu kelahiran jasmani saat ibu kita melahirkan kita. Adapun kelahiran yang kedua ialah lahir baru atau kelahiran ruhani yaitu lahirnya Diri sebenar-benar diri.

Jalan untuk wushul (sampai) kepada Allah ialah selalu menjaga badan pada jalan yang benar, selalu melakukan Syari'at siang dan malam dan mudawamah dzikrullah dengan sirri (hati) maupun jahar (bersuara).

Rasul bersabda; ''Dunia haram bagi ahli akhirat. Akhirat haram bagi ahli dunia. Dunia dan akhirat haram bagi ahli Allah.''

Yang dimaksudkan haram adalah jangan menjadi penghalang untuk selalu mengingat Allah. 

Mudawamah dzikir hukumnya fardhu yang harus dilakukan oleh semua manusia yang ingin dekat dengan Allah. 

Menurut Sultanul Auliya Syeihk Abdul Qadir Al Jailani Kelahiran Ruhani disebut Tiflul Ma'ani atau bayi maknawi karena ia dari Maknawiyah Qudsiyah. Pemberian nama Tiflul Ma'ani didasarkan kepada;

  1. Ia lahir dari Hati seperti lahirnya bayi dari Rahim ibu dan ia diurus dan dibesarkan hingga dewasa (dengan gerak rasa).
  2. Bayi bersih dari segala kotoran dosa lahirriyah. Tiflul Maani juga bersih dari Syirik dan Ghaflah (lupa kepada Allah).
  3. Tiflul Ma’ani Halus dan suci.
  4. Ia berwujud seperti rupa manusia (itu) juga karena manisnya bukan karena kecilnya dan dilihat dari Awal ada-nya, Ia adalah hakikatnya manusia (yang sebenar-benarnya kita atau manusia), Ia berhubungan langsung dengan Allah secara terus-menerus (jasad tidak dapat berhubungan dengan Allah).

Sebahagian sufi besar mengatakan bahwa Ruh Al-Qudsi ini atau Tiflul Ma'ani tidak dimiliki oleh sembarang orang, hanya orang-orang yang Khawaslah yang memilikinya.

Ruh Al-Qudsi telah Allah tempatkan di dalam rasa (sirri). Alatnya adalah ilmu hakikat, yaitu ilmu tauhid. Amalannya adalah mudawamah dzikrullah dengan lisan sirr tanpa suara dan huruf, siapapun tidak ada yang mampu mengetahuinya kecuali Allah. Adapun keuntungannya yaitu keluarnya Tiflul Ma’ani, musyahadah serta terarah dan melihat kepada Dzat Allah dalam keagungan-Nya dan dalam keindahan-Nya dengan penglihatan sirri.

Kesimpulan:

Tiflul Ma'ani atau Ruh Al-Qudsi adalah Lathifah yang selalu mengajak kembali kepada Allah. Ia bukan lain daripada Nur Muhammad Rasulullah, Ia adalah hakikat manusia yang dapat berhubungan langsung dengan Allah.

Wassalam.

Nabi Muhammad Itu Ada Dua Diri Atau Rupa

Manusia yang telah berada di maqam hakikat selain dapat hidup secara jasmani (seperti hidupnya manusia pada umumnya) juga dapat hidup secara ruhani (seperti hidupnya malaikat bahkan lebih tinggi derajatnya daripada malaikat). 

Nabi Muhammad itu ada dua diri atau dua rupa:

  1. Diri Nabi Muhammad yang hakiki ialah Diri Nabi Muhammad yang qadim yaitu Nur Muhammad; Diri yang tiada beribu dan tiada berbapak; Diri yang tidak kenal mati. (qadim disini beda dengan qadimnya Allah) 
  2. Diri Nabi Muhammad yang majazi ialah Diri Nabi Muhammad yang bersifat fana yaitu manusia biasa; Muhammad bin Abdullah, Insan Kamil, sebagai Nabi, diri yang bisa mengalami mati.
Baca juga Artikel lainnya tentang Muhammad;

Siapa Muhammad Rasulullah?

Untuk mengenal Allah maka kenali dulu Siapa Muhammad Rasulullah!

Muhammad Rasulullah disini bukanlah Nabi Muhammad bin Abdullah yang lahir di Kota Mekah, Tetapi Muhammad Rasulullah yang dimaksud disini ialah Muhammad Rasulullah yang tiada beribu dan tiada berbapak yaitu penghulu sekalian 'alam.

Siapa Muhammad Rasulullah? Muhammad Rasulullah ialah Diri sebenar-benar diri yaitu Ruh Allah (Nur Muhammad).

Adapun Nabi Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutalib yang ibunya bernama Aminah itu adalah manusia sempurna (Insan Kamil) sebagai nabi untuk menjadi uswatun hasanah atau contoh suri teladan yang terbaik bagi umat manusia di dunia ini. Nabi Muhammad adalah tajalli sempurna daripada Muhammad Rasulullah.

Siapa Muhammad Rasulullah? Muhammad Rasulullah ialah Diri sebenar-benar diri atau Diri Ruhani (Nur Muhammad). 

Diri Ruhani (Diri sebenar-benar diri) inilah diri yang terperangkap di dalam jasmani sehingga lupa dirinya karena terpesona dengan jasmani atau alam dzahir. Sehingga menyangka dirinya ialah Jasmani dan menyangka dirinya ada seperti adanya Allah. 

Maka dari itulah ada jalan Tariqat, Hakikat dan Makrifat supaya Diri dapat kembali mengenal hakikat Diri, Setelah Diri sempurna mengenal hakikat Diri, maka Diri atau Ruh yang mengenal akan menjadi Yang Hidup.

Diri sebenar benar diri ialah Ruh (Muhammad), Ruh ialah Hayat, Hayat ialah Hidup, Hidup ialah Allah. Mengapa Ruh (Diri sebenar-benar diri atau Muhammad atau Yang hidup) menjadi Allah? Karena sesungguhnya Tiada wujud selain Allah.

Ruh Allah itu bukan Allah, tetapi tiada lain daripada Nya, Muhammad itu bukan Allah tetapi tiada lain daripada Nya. Muhammad atau Ruh itu ialah Sifat, Sifat itu bukan lain daripada Dzat, Karena Dzat dan Sifat itu tiada bersatu dan tiada bercerai.

Muhammad Rasulullah ialah Diri sebenar-benar diriMuhammad Rasulullah ialah Ruh Allah yang dijadikan oleh Allah sebagai Perantara antara Allah dengan manusia, sebagai perantara antara Allah dengan mahkluk. Maka Barang siapa yang mengenal Muhammad Rasulullah maka ia akan mengenal Tuhannya. Barang siapa yang mengenal Muhammad Rasulullah akan dijadikan oleh Allah sebagai Wali-Nya (Kekasih Allah). 

Baca artikel lainnya tentang Muhammad;

Sekian dulu.

Wassalam.

Syari'at, Tariqat, Hakikat, Makrifat

Mengenai Tentang : Syari'at, Tariqat, Hakikat, Makrifat. 

Syari'at, Tariqat, Hakikat, Makrifat.

  1. Syariat itu Afa'al Allah.
  2. Tarikat itu Isma Allah.
  3. Hakikat itu Sifat Allah.
  4. Makrifat itu Dzat Allah.

Yakin.

  1. Syariat itu ilmu Yakin.
  2. Tarikat itu Ainul Yakin
  3. Hakikat itu Hakkul Yakin.
  4. Makrifat itu Akmal Yakin.

Dzahir, Batin, Awal, Akhir.

  1. Syariat itu Dzahir.
  2. Tarikat itu Batin.
  3. Hakikat itu Akhir. 
  4. Ma'rifat itu Awal.

Hukum.

  1. Syariat itu hukum Allah.
  2. Tarikat itu hukum Allah.
  3. Hakikat itu hukum Allah.
  4. Ma'rifat itu hukum Allah.

Daripada Nabi.

  1. Syariat itu perkataan Nabi.
  2. Tarikat itu perbuatan Nabi.
  3. Hakikat itu diri Nabi.
  4. Ma'rifat itu rahsia Nabi.

Dzikir.

  1. Dzikir cara syariat itu dengan lidah.
  2. Dzikir cara Tarikat itu dengan hati.
  3. Dzikir cara Hakikat itu dengan nyawa.
  4. Dzikir cara Ma'rifat itu dengan rahsia.

Pekerjaan.

  1. Pekerjaan syariat itu yang di katakan oleh lidah dan dikerjakan oleh hati.
  2. Pekerjaan Tarikat itu hati yang mengerjakan baik atau jahat.
  3. Pekerjaan Hakikat itu nyawa yang mengerjakan baik atau jahat.
  4. Pekerjaan Ma'rifat itu rahsia yang mengerjakan baik atau jahat.

Rumah.

  1. Rumah Syariat itu lidah.
  2. Rumah Tarikat itu hati.
  3. Rumah Hakikat itu budi.
  4. Rumah Ma'rifat itu Roh.

Adab.

  1. Adab orang-orang Syariat itu, orang-orang yang berdiri dengan tanda-tanda kenyataan.
  2. Adab orang-orang Tarikat itu, orang yang zikir tanpa tanda, hanya kurnia Allah.
  3. Adab Hakikat itu orang-orang yang tahu haknya dan hak Allah.
  4. Adab Ma'rifat itu orang-orang yang mengatahui perkataan dan Maqam.

Sembahyang.

  1. Sembahyang orang-orang Syariat itu tubuhnya yang disembahnya pada Allah.
  2. Sembahyang orang-orang Tarikat itu hatinya yang menyembah Allah.
  3. Sembahyang orang-orang Hakikat itu nyawanya yang menyembah Allah.
  4. Sembahyang orang-orang Ma'rifat itu Wahdatul Ujud yang menerima sembahyang, maka itulah sembahyang Nabi-nabi, Wali-wali Allah, Ahli-ahli Sufi dan orang-orang yang Kamil dan Mukamil.

Pintu.

  1. Pintu Syariat itu mulut.
  2. Pintu Tarikat itu dua lubang hidungnya.
  3. Pintu Hakikat itu dua biji matanya.
  4. Pintu Ma'rifat itu di antara mata putih dengan mata hitam.

Martabat.

  1. Martabat Syariat itu Alam Roh.
  2. Martabat Tarikat itu Alam Malakul.
  3. Martabat Hakikat itu Alam Jabarut.
  4. Martabat Ma'rifat itu Alam Lahir.

Tujuan.

  1. Tujuan Syariat itu supaya hatinya ada Nur.
  2. Tujuan Tarikat itu supaya dirinya dan nyawanya jadi mulia.
  3. Tujuan Hakikat itu supaya memisahkan di antara Hak dengan Batil.
  4. Tujuan Ma'rifat itu supaya dapat drajat Saddikin.
Habib Ali Zaenal Abidin


Wassalam.

Pasal Tentang Anasir

 Pasal Tentang Anasir

  • Anasir ALLAH                  : Dzat, Sifat, Asma, Af’’al
  • Anasir MUHAMMAD          : Awal, Akhir, Dzahir, Batin
  • Anasir HAMBA                     : Rahasia, Nyawa, Hati, Tubuh
  • Anasir ADAM                       : Api, Angin, Air, Tanah
  • Anasir BAPAK                      : Urat, Tulang, Otak, Sumsum
  • Anasir IBU                            : Bulu, Kulit, Darah, Daging

Meng-Esa-kan Allah Dalam Ragam Diri

  • Awal Muhammad itu Nurnya
  • Akhir Muhammad itu Ruhaninya
  • Dzahir Muhammad itu Rupanya
  • Batin Muhammad itu Dzatnya


Uraian

Rahasia hamba itu Batin Muhammad

Batin Muhammad itu Dzat Allah

Dzat Allah itu Rahasia hamba

Nyawa hamba itu Awal Muhammad

Awal Muhammad itu Sifat Allah

Sifat Allah itu Nyawa hamba

Hati hamba itu Akhir Muhammad

Akhir Muhammad itu Asma Allah

Asma Allah itu Hati hamba

Tubuh hamba itu Dzahir Muhammad

Dzahir Muhammad itu Af’’al Allah

Af’’al Allah itu Tubuh hamba


Note

Muhammad yang dimaksudkan disini ialah Diri kita yang bathin

Kemudian Hamba yang dimaksudkan disini Muhammad jua. 

Karena Tubuh, Hati, Nyawa dan Rahasia telah fana. 

Setelah Muhammad fana kepada Af'al, Asma, Sifat, Dzat. 

Maka nyatalah pada kita bahwa; Muhammad itu Allah jua.

 Diri dzahir dan batin kita sebenarnya hanyalah kenyataan 

 daripada Dzat, Sifat, Asma dan Af'al Allah jua

 Maka pahamlah kita bahwa; Allah itu Esa pada Dzat-Nya, 

 Esa pada Sifat-Nya, Esa pada Asma-Nya, Esa pada Af'al-Nya.

Seperti yang dijelaskan dalam Artikel sebelumnya baca disini Lamaujudun Bihaqqin Illallah



Wassalam.

Salam Makrifatullah.


Lamaujudun Bihaqqin Illallah

Tiada wujud yang sebenar-benarnya kecuali wujud Allah (Lamaujudun Bihaqqin Illallah)wujud yang ada hanya wujud Allah Yang Maha Esa, Esa Af'al, Esa Asma, Esa Sifat dan Esa Dzat-Nya. Hakikat sekalian 'alam termasuk diri kita adalah Allah Ta'ala. Segala-galanya atau segala sesuatu adalah mahkluk ciptaan Allah yang pada hakikatnya adalah tidak ada. Karena yang ada hanya Allah saja, Segala-galanya hanya Allah, dari sebelumnya, pada masa sekarang, dan masa yang akan datang, selama-lamanya hanya ada Allah Ta'ala.

Firman Allah: ''Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Dzahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu''. (QS. Al-Hadid 3)

Allah Maha Ada, Maha Segalanya dan Maha Dari Segalanya, Maha Sempurna. Di dalam firman Allah tersebut, Allah telah memberitahukan bahwa Allahlah segala-galanya, Allahlah semuanya; Yang awal, yang akhir, yang dzahir dan yang batin kesemuanya ialah Allah.

Yang awal yaitu Dzat Allah

Yang akhir yaitu Asma' Allah 

Yang dzahir yaitu Afa'al Allah dan 

Yang batin yaitu Sifat Allah

Kalau disusun mengikut susunan ialah:

Kenyataan Dzat Allah yaitu Dialah yang Awal

Kenyataan Sifat Allah yaitu Dialah yang Batin 

Kenyataan Asma' Allah yaitu Dialah yang Akhir 

Kenyataan Afa'al Allah yaitu Dialah yang Dzahir 

Foto Sunan Kali Jaga menfanakan diri

Kemudian yang dikatakan simbol bagi Dzat Allah ialah huruf Alif di mana sifat Dzat itulah yang bernama Muhammad (Nur Muhammad), yang kemudian menjadi Ruh bagi semesta 'alam. Ia pula yang disebut Ruh idhafi kepada manusia, bertempat di dalam jantung, di dalam fu'ad yang hidup pada kita yang berkata-kata di dalam badan kita.

Yang bernama Allah itu ialah: Dzat, Sifat, Asma, Af'al.

Alif yaitu : Dzat

Lam awal yaitu : Sifat

Lam akhir yaitu : Asma 

Ha yaitu : Af’al

Huruf; AlifLam awal, Lam akhir, Ha, Ketika keempat huruf itu digabung ''Alif, Lam, Lam, Ha'', maka membentuk asma (nama) Allah, itulah letak asma' Nya itulah yang bernama Allah.

Alif itu Dzat bagi Allah yang menjadikan rahasia bagi Muhammad dan menjadikan Cahaya kepada kita.

Lam awal itu Sifat bagi Allah menjadikan tubuh kepada Muhammad dan menjadikan Ruh kepada kita.

Lam akhir itu Asma bagi Allah menjadikan ilmu bagi Muhammad dan menjadikan Hati bagi kita.

Ha itu Af‛al bagi Allah menjadikan kelakuan pada Muhammad dan menjadikan jasad pada kita.

Firman Allah: "Dan pada bumi ada tanda-tanda (yang membuktikan keesaan dan kekuasaan Allah) bagi orang-orang (yang mahu mencapai pengetahuan) yang yakin.'' (QS. Az-Zariyat 20)

Firman Allah: ''Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?'' (QS. Az-Zariyat 21)

Diri kita dan seluruh 'alam (ciptaan) adalah kenyataan Dzat, Sifat, Asma' dan Af'al Allah.

Apabila kesemuanya Allah, tidak ada lagi selain dari Allah.

La ilaha illallah; Tiada ada hanya Allah, Tiada sesuatu yang ada hanya Allah, Tiada menyerupai Allah dengan segala sesuatu, Allah saja yang bersifat ada, kita dan selain dari Allah tidak mempunyai sifat ada sendiri.

Adanya diri dan ada selain dari Allah sebenarnya sedang menyatakan ada Allah.

Ada diri sendiri dan ada selain dari Allah adalah sebagai tanda dan ayat-ayat yang sedang menerangkan ada Allah, bukan menunjukkan ada diri sendiri dan ada selain dari Allah.

Allah berfirman: “Aku ini perbendaharaan tersembunyi, kemudian Aku ingin dikenal, kemudian Aku menciptakan makhluk-Ku, dengan Allah-lah mereka mengenal Aku”.(Hadits Qudsi)

Allah berfirman: ''Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku (mengabdilah hanya pada-Ku), dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.''(QS: Thaha 14)

Wassalam.

Salam Makrifatullah.

Mengenal Allah Lebih Dalam

Arti Esa

Qul Huwallahu Ahad.

Allah Maha Tunggal, Esa, Satu tiada berbilang.

Segala sesuatu atau sekalian 'alam atau sekalian makhluk dijadikan oleh Tuhan berada didalam ke Esa an dan keberadaan Tuhan. Makhluk bukan bahgian dari Tuhan. Tuhan tetap Tuhan, makhluk tetap makhluk selamanya. Tetapi mahkluk berada didalam ke Esa an dan keberadaan Tuhan.

Allah (Tuhan) itu Esa dan meliputi semesta alam, jadi bukan Allah yang berada di dalam alam tetapi alam lah yang berada di dalam Allah, bukan Allah yang berada di dalam mahkluk tetapi mahkluk lah yang berada di dalam Ke Esa an Allah. Allah bersama mahkluk bersatu tapi tiada bersekutu. Allah Maha Meliputi segala sesuatu.

Wujud makhluk itu seperti wujud bayang-bayang di dalam cermin (kiasan), bukan wujud yang hakiki. Wujud yang hakiki hanya ada Tuhan Yang Maha Esa. Tiada Yang Maujud kecuali hanya Tuhan. Adanya makhluk adalah dengan karena atau jika diadakan oleh Tuhan, demikian pula sebaliknya. Jika tidak karena diadakan oleh Tuhan maka makhluk tidak pernah ada.

Karena adanya Tuhan maka segala sesuatu ada. Segala sesuatu ada dalam ke Esa an dan keberadaan Tuhan. Segala sesuatu ada karena diadakan oleh Tuhan maka pada hakikatnya Tuhanlah lah yang wujud pada segala sesuatu yang ada baik yang nyata maupun yang tersembunyi.

Allah berfirman; "Dan Dia (Allah) bersama kamu di mana saja kamu berada." (QS. Al-Hadid 4)

Tuhan dan hamba adalah Esa jua tiada dua dan berbilang-bilang, tetapi untuk sampai kepada Ke-Esa-an ini maka fana-kan diri dulu atau fanafillah. 

''Inna rabbun wal abdun wahdah'' Artinya: ''Sesungguhnya Tuhan dan hamba itu Esa''.

Wassalam.
Salam Makrifatullah.

Makrifatullah Kenal Allah

Ilmu dalam Islam yang dibawa oleh Nabi kita Shallallahu 'alaihi wassalam di bagi jadi empat jenjang; 

  1. Syari'at
  2. Tariqah 
  3. Hakikat
  4. Makrifah

Yang empat jenjang ini di bagi jadi dua;

  1. Syari'at dan Tariqah di sebut ilmu Syari'at, yaitu: ilmu dzahir yakni ilmu mengenai cara beribadah kepada Allah secara dzahir yang dsebut fiqih.
  2. Hakikat dan Makrifah di sebut ilmu Hakikat, yaitu ilmu bathin, yakni ilmu mengenai cara beribadah kepada Allah secara bathin yang disebut Tasawuf. 

Selain daripada itu ada satu lagi ilmu wajib yaitu Ilmu Tauhid, yaitu ilmu untuk mengetahui kepada siapa kita beribadah.

Orang-orang yang di maqam syari'at mengenal Allah secara luar saja (secara dzahir), dalam pandangan orang-orang syari'at; kita ada, Allah ada. Kita diadakan Allah, sedangkan Allah tiada yang mengadakan-Nya.

Tetapi orang-orang yang berada di maqam hakikat mereka mengenal Allah secara bathin, mereka washil illallah (sempurna makrifat kepada Allah), mereka mengalami berada di dalam ke Esa an Allah atau fana fi Allah, mereka yang mengalami fana dan baqa dalam pandangan mereka yang ada hanya Allah saja (Laa Maujudun illallah). Inilah Maqam Hakikat yakni maqam orang-orang yang sudah sempurna makrifatullah. Maqam ini maqamnya ahli akhirat, maqam para Nabi/Rasul, maqam Wali-wali Allah yang tertinggi. Maqam ini adalah maqamnya Insan Kamil. 

Orang yang berada di maqam ini tidak lagi bersandar kepada tauhid dzahir tetapi tauhid mereka adalah tauhid bathin karena mereka telah mengalami Allah Ta'ala. Orang yang berada di maqam hakikat tiada lagi berpegang kepada syariat yang dzahir nas atau dalil, Karena mereka sudah berdiri sendiri menurut Sirnya, dengan kata lain syariat yang berlaku bagi mereka langsung dari Allah tanpa perantara. Mereka dapat menerima firman-firman dari Allah Ta'ala; berupa wahyu atau ilham. 

Kehendak mereka tidak berlawanan dengan kehendak Allah kerena mereka telah Esa bersama Allah. Sifat Allah menjadilah sifatnya. Ia telah fana dalam Tuhan dan baqa dalam Tuhan sehingga gerak dan geriknya hanya pada Tuhan. 

Jadi di maqam ini tidak ada syari'at, tariqah, hakikat dan makrifat lagi karena hanya Tuhan semata-mata. Yang dzahir Tuhan, yang bathin pun Tuhan. Dunia Tuhan, akhirat pun Tuhan, yang nyata Tuhan, yang ghaib pun Tuhan. Awal pun Tuhan, akhir pun Tuhan. Yang nyata Tuhan, yang ghaib pun Tuhan. Semua itu Tuhan dan Tuhan itu semuanya.

Tiada yang wujud (ada) diseluruh alam mayapada ini melainkan Allah semata-mata. 

Yang wujud hanya Allah mentajallikan Dirinya melalui Nama-nama dan Sifat-sifat-Nya ke dalam setiap yang kelihatan wujud.

Wujud itu adalah hanya Tajalli Allah. Hakikat 'alam ialah Allah sendiri. Apapun yang telah tiada, apapun yang sedang ada, dan apapun yang akan ada, sesungguhnya semua itu hanyalah dari Allah. Wujud diluar dan wujud didalam tidak berbeda. Semuanya adalah Satu Diri Yang Sama yakni Allah Ta'ala.

Foto untuk menghiasi artikel

Jadi bagi yang sudah sempurna makrifatullah (kenal Allah) dalam pandangan mereka yang ada hanya Allah saja, dalam pandangan mereka tidak ada lagi yang selain Allah, Allah semuanya. Tiada wujud yang haq kecuali wujud Allah (Lamaujudun Bihaqqin Illallah).

Wassalam.
Salam Makrifatullah.

Fana Fi Allah, Fana Fi Rasul, Fana Fi Syeihk

Fana Fi Allah (Fanafillah) adalah Seorang hamba lebur dirinya (fana) tenggelam kepada Allah, Hamba yang fana akan melihat bahwa segalanya tiada, tiada lagi rasa dan kelihatan ada dirinya, yang kelihatan ada hanya Allah Ta’ala semata-mata. 

Menfanakan diri kepada Allah sebenarnya ialah meniadakan atau menafikan segala sesuatu termasuk dirinya sendiri sehingga yang benar-benar wujud atau isbat hanya Allah semata-mata.

Seseorang yang ingin fana fi Allah (fanafillah) terlebih dahulu harus fana fi Rasul. Tidak ada yang akan bertemu Allah sebelum fana ke dalam diri Rasul, Setelah fana ke dalam Diri Syeihk (Mursyid) salik baru ke maqam  Fana fi Rasul. 

Fana Fi Rasul adalah Fananya seseorang (salik) kepada Rasulullah saw. Ini terjadi ketika si salik hatinya diliputi dan terserap oleh rasa cinta yang amat mendalam  dan meluap-luap terhadap Nabi Muhammad Saw. cintanya kepada Nabi melebihi cintanya kepada dirinya sendiri. Seseorang yang hatinya penuh dengan rasa kecintaan kepada Nabi Muhammad Saw. di atas segalanya, mereka inilah orang yang sudah mencapai Tahapan Fana Fi Rasul yaitu leburnya hati karena rasa kecintaan kepada Nabi Muhammad Saw.

Seorang yang ingin fana fi Rasul perlu meneladani hidup Rasulullah Nabi Muhammad, Agar dapat menyatu dengan Hakikat Rasulullah, Fana fi Rasul ialah menyatu dengan hakikat Baginda Nabi Muhammad, Sehingga sangat mencintai Sang Nabi Rasulullah, sampai dirinya pun lebur dalam cinta dan peneladanan kepada beliau. 

Untuk sampai ke maqam fana fi Rasul wajib terlebih dahulu harus berguru kepada Syeihk Mursyid / Murabbi, Setelah fana fi Syeihk barulah ke fana fi Rasul. 

Fana fi Syeihk adalah Seseorang yang fana akan tenggelam kepada Syeihknya, sehingga akan sentiasa merasakan bahwa Syeikhnya senantiasa ada di dalam dirinya dalam setiap pergerakan dan perkataannya. Salik (murid) yang fana kepada Syeihknya akan melihat atau merasakan segala perbuatannya adalah perbuatan Syeihknya, bahkan salik (murid) dapat melihat atau merasakan wajah Syeikhnya ada pada segala sesuatu. Ini terjadi apabila dzikir rabitah ghalib ke atas seorang Salik (murid) yakni dirinya sudah tenggelam dengan dzikir rabitah.

Fana fi Syeikh berarti meletakkan segala urusan perjalanan Keruhaniannya pada tangan Syeikhnya dan bersedia menuruti segala anjuran, teguran, nasihat dan tunjuk ajar dari Syeikhnya. Fana Fi Syeikh akan membawa seseorang murid itu ke arah ketaatan terhadap Syeikhnya yang dianggap sebagai pemimpin dan pembimbing Ruhani bagi murid. 

Seseorang salik (murid) yang fana fi syeikhnya sempurna, akan di bimbing kepada kesempurnaan Syari’at, Tariqat, Haqiqat, dan Makrifat, juga akan dikenalkan dengan Ruh Rasulullah atau Haqiqat Muhammadiyah yaitu Nur Muhammad, sehingga Salik (murid) itu nantinya dapat tenggelam dalam lautan fana fi Rasul. 

Para Masyeikh menyatakan bahwa fana fi Syeikh adalah Muqaddimah bagi fana fi Rasul dan fana fi Allah. Setelah mencapai fana fi Syeikh, Salik (murid) perlu menuju fana fi Masyeikh terlebih dahulu dan seterusnya fana fi Rasul.

Fana fi Masyeikh berarti seseorang salik (murid) yang sudah mulai patuh pada Syeikhnya, maka hendaklah dia turut mematuhi sekalian Para Masyeikh dalam Silsilah karena segala limpahan Ruhaniyah dan Faidhz adalah datang menerusi pertalian Bathin mereka yang kukuh sehinggalah kepada Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Saw.

Para Masyaikh adalah orang-orang yang menuruti kehidupan dzahir dan Bathin Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Saw. Mengasihi mereka berarti mengasihi Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Saw. karena Para Masyaikh adalah Para ‘Alim ‘Ulama dan mereka adalah Pewaris Nabi hingga ke hari Qiyamat. Para Masyaikh adalah orang-orang yang terdahulu menjalani kehidupan Tariqah Tasawwuf dan jasad mereka telah fana manakala ruh mereka kekal Baqa di sisi Allah SWT. Mereka adalah orang yang hidup dan matinya berada atas jalan Allah, berjuang untuk menegakkan Kalimah Allah yang Agung. Fana fi Masyaikh adalah pintu jalan untuk menuju fana fi Rasul. 

Jadi seseorang (salik) yang ingin makrifatullah mulailah dahulu dari belajar kepada Syeihk Mursyid agar dapat fana fi Syeihk. 

Carilah Syeihk Mursyid yang sanad ilmunya atau silsilah ilmunya bersambung hingga kepada Rasulullah karena Syeihk Mursyid tersebutlah pewaris sejati Rasulullah Nabi Muhammad saw. 


Rasulullah bersabda; “Hendaklah engkau selalu bersama Allah. Jika tidak mampu, berusahalah selalu bersama orang-orang yang dekat dengan Allah. Karena sesungguhnya orang itulah yang akan menyampaikanmu kepada Allah.” (HR. Abu Daud)

Wassalam.

Salam Makrifatullah.

Dzikrullah Untuk Fanafillah

Dzikrullah adalah Jalan untuk wushul kepada Allah (fanafillah).

Allah berfirman; “Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut) Nama Allah, dzikir dengan sebanyak-banyakya.” (Q.S.33, Al Ahzab: 41)

Rasulullah saw. bersabda; “Tanda cinta Allah adalah menyukai dzikrullah (dzikir kepada Allah). Dan tanda kebencian Allah adalah membenci dzikrullah azza wajalla.” (HR. Baihaqi)

Rasulullah saw. bersabda; “Allah ta’ala berfirman, Aku bersama hamba-Ku apabila ia menyebut nama-Ku.” (HR. Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Ibnu Hiban)

Rasulullah saw. bersabda; “Sesungguhnya Allah berfirman,’Aku bersama hamba-Ku, jika ia ingat (menyebut) Aku. Dan kedua bibirnya bergerak karena Aku.” (HR. Al-Hakim)

Rasulullah saw. bersabda; “Akan selalu ada di antaramu orang-orang yang mengingat Allah seraya duduk di atas hamparan-hamparan, sehingga mereka dimasukkan ke dalam martabat yang tinggi.” (HR. Ibnu Hiban)

Fanafillah dan Baqabillah hanya dapat dicapai dengan dzikrullah, tetapi semuanya itu harus mengambil bai'ah kepada guru yang arif billah yang tariqahnya bersilsilah sampai kepada Rasulullah saw.

Menurut wali Allah Syeikh Ibnu Atha’illah, sebagai tanda bahwa sebuah dzikir sampai pada sirr (nurani terdalam pada jiwa yang kelak menjadi tempat cahaya penyaksian) adalah saat pendzikir dan objek dzikirnya lenyap tersembunyi. Dzikir sirr terwujud ketika seseorang telah terliputi dan tenggelam di dalamnya. Tandanya, apabila engkau meninggalkan dzikir tersebut, ia takkan meninggalkanmu. 

Dzikir tersebut terbang masuk ke dalam dirimu untuk menyadarkanmu dari kondisi tidak sadar kepada kondisi hudhur (hadirnya kalbu). Salah satu tandanya, dzikir itu akan menarik kepalamu dan seluruh organ tubuhmu sehingga seolah-olah tertarik oleh rantai. Indikasinya, dzikir tersebut tak pernah padam dan cahayanya tak pernah redup. Tetapi, engkau menyaksikan cahayanya selalu naik turun, sementara api yang ada di sekitarmu sentiasa bersih menyala. 

Dzikir yang masuk ke dalam sir terwujud dalam bentuk diamnya si pelaku dzikir seolah-olah lisannya tertusuk jarum. Atau, semua wajahnya adalah lisan yang sedang berzikir dengan cahaya yang mengalir darinya. Ketahuilah, setiap dzikir yang disadari oleh kalbumu didengar oleh para malaikat penjaga. Sebab, perasaan mereka beserta perasaanmu. Di dalamnya ada sirr sampai saat dzikirmu sudah gaib dari perasaanmu karena engkau sudah sirna bersama Tuhan, dzikirmu juga gaib dari perasaan mereka.

Sebagai kesimpulan tentang tahapan dzikir, Ibnu Atha’illah mengatakan, berdzikir dengan ungkapan kata-kata tanpa rasa hudhur disebut dzikir lisan, berdzikir dengan merasakan kehadiran kalbu bersama Allah disebut dzikir kalbu, sementara berdzikir tanpa menyadari kehadiran segala sesuatu selain Allah disebut dzikir sirr. Itulah yang disebut dengan dzikir khafiy. Rezeki lahiriah terwujud dengan gerakan badan. Rezeki batiniah terwujud dengan gerakan kalbu, rezeki sirr terwujud dengan diam, sementara rezeki akal terwujud dengan fana dari diam sehingga seorang hamba tinggal dengan tenang untuk Allah dan bersama Allah. Nutrisi dan makanan bukanlah konsumsi ruhani, melainkan konsumsi badan. 

Adapun yang menjadi konsumsi ruhani dan kalbu adalah mengingat Allah Dzat Yang Maha Mengetahui segala yang gaib. Allah berfirman; “Orang-orang beriman dan kalbu mereka tenteram dengan mengingat (dzikir kepada) Allah.” Semua makhluk yang mendengarmu sebenarnya juga ikut berdzikir bersamamu. Sebab, engkau berdzikir dengan lisanmu, lalu dengan kalbumu, kemudian dengan nafs-mu, kemudian dengan ruhmu, selanjutnya dengan akalmu, dan setelah itu dengan sirrmu. Jika engkau berdzikir dengan lisan, pada saat yang sama semua benda mati akan berdzikir bersamamu. Jika engkau berdzikir dengan kalbu, pada saat yang sama alam beserta isinya ikut berdzikir bersama kalbumu. Jika engkau berdzikir dengan nafs-mu, pada saat yang sama seluruh langit beserta isinya juga turut berdzikir bersamamu. 

Jika engkau berdzikir dengan ruhmu, pada saat yang sama singgasana Allah beserta seluruh isinya ikut berdzikir bersamamu. Bila engkau berdzikir dengan akalmu, para malaikat pembawa arasy dan ruh orang=orang yang memiliki kedekatan dengan Allah juga ikut berdzikir bersamamu. Bila engkau berdzikir dengan sirrmu, arasy beserta seluruh isinya turut berdzikir hingga dzikir tersebut bersambung dengan Dzat-Nya.” (Miftah al-Falah wa Misbah).

Al Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya

Wassalam.

Salam Makrifatullah.

Mati Sebelum Mati

 Ada satu perintah dari Nabi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yaitu; “Matilah sebelum mati”, Juga ada dalam sebuah hadist Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda; "Matikan dirimu sebelum engkau mati".  

Jalan untuk bertemu Allah ialah mematikan diri, Maksud dari mematikan diri disini bukan mati meninggalkan dunia ini tetapi mati yang dimaksudkan ialah mati maknawi. Jadi yang dimaksudkan disini ialah upayakanlah dalam kehidupan ini ruh (ruhani) kita terbebas dari pengaruh jasmani, tidak terkukung oleh jasmani atau tidak terkukung oleh hawa nafsu. Upayakanlah ruh (ruhani) kita mengendalikan hawa nafsu bukan hawa nafsu yang mengendalikan ruh (ruhani) kita.

Nabi Rasulullah memerintahkan untuk memfanakan diri ialah agar nantinya bisa sampai kepada Allah (washil illallah), Karena itu ketahuilah bahwa hanya dengan cara inilah manusia baru sampai kepada Allah. Ini adalah perintahnya Nabi Rasulullah maka fardhu 'ain lah hukumnya.

Hadist ini adalah perintah dari Nabi Rasulullah yang sarat dengan makna, perintah Rasulullah tersebut ialah untuk memfanakan diri (mematikan diri) yaitu meleburkan diri jasmani menuju diri ruhani, sehingga nantinya dengan diri ruhani kita dapat bertemu Allah.

Firman Allah dalam hadist qudsinya yang berbunyi : ”Sesungguhnya hamba Aku, bila Aku sayang padanya Aku matikan dia, Akulah yang menggantikannya.''

Maksud mati disini juga sama ialah mati maknawi yaitu atas izin Allah lebur (fana) diri jasmani dan diri ruhani kepada diri yang Haq yakni Allah Ta'ala, Jadi yang dimaksudkan disini ialah keadaan pada fana fi Af'al, fana fi Asma, fana fi Sifat, dan fana fi Dzat.

Caranya adalah berdzikir karena dzikir adalah penyambung rasa cinta kepada Allah, Berdzikirlah hingga fana jasad dan hati itu kepada Ruh, tetapi janganlah berhenti disini saja lanjutkanlah hingga Ruh itu fana (lebur) pula menjadi Nur, dan Nur itu lenyapkan pula kepada Rahasia Allah.

Setelah fana diri yang lahir dan sifatnya, dikala itu tidak ada yang ada kecuali diri bathin. Kemudian diri bathin pun fana pula kepada Allah. Jika sudah mantap pada maqam fanafillah ini selanjutnya adalah maqam tertinggi yaitu maqam baqabillah, apabila sudah lenyap dan fana segala sesuatu yang lain daripada Allah Ta’ala yaitu 'alam/mahkluk (diri kita juga termasuk 'alam/mahkluk) maka tidak ada sesuatu selain Allah maka tercapailah makam baqabillah. Setelah fana yang selain daripada Allah Ta'ala maka setelah itu tidak ada sesuatu kecuali Allah Ta'ala, Inilah maqam baqabillah.

Seseorang yang berada di maqam ini sudah mengenal Allah dengan Allah, Maqam ini ialah maqam tajalli (nampak), Sehingga seseorang yang berada di maqam ini akan menyaksikan bahwa yang ada hanya Allah, mereka tidak lagi melihat adanya yang selain Allah. 

Demikianlah perjalan ruhani seorang hamba hingga bertemu Allah Ta'ala, setelah melewati fana dan fana ul fana, mereka tidak lagi melihat adanya sesuatu yang selain daripada Allah Ta'ala yang mereka saksikan hanya Allah Ta'ala saja yang ada. 

Suatu saat amirul mukminin Sayyidina Ali bin Abi Thalib ditanya, "Dengan apa engkau mengenal Tuhanmu?"

Beliau menjawab, "Dengan cara Dia mengenalkan diri-Nya kepadaku"

Sayyidina Ali ditanya lagi, "Bagaimana Dia mengenalkan diri-Nya kepadamu"? 

Sayyidina Ali menjawab, "Dia tak menyerupai suatu bentuk dan Dia tak dapat dirasakan dengan indera dan Dia tak boleh dikiaskan dengan manusia.'' 

Dia dekat dalam kejauhan-Nya dan Dia jauh dalam kedekatan-Nya. Dia berada di atas segala sesuatu dan tidak dapat dikatakan sesuatu berada di atasnya. 

Dia di depan segala sesuatu tetapi tidak dapat dikatakan Dia memiliki depan (wajah). Dia di dalam segala sesuatu tetapi tidak seperti sesuatu yang berada dalam sesuatu. Dan Dia berada di luar sesuatu tetapi tidak seperti sesuatu yang keluar dari sesuatu. 

Maha Suci Dia yang seperti ini dan tidak ada yang seperti ini selain-Nya. Dan segala sesuatu itu ada permulaannya.

Syeikh Ibnu Athaillah berkata: ''Diri kita adalah tempat tajalli sifat ketuhanan, karena itu siapa yang kenal akan diri, dia akan mengenal Tuhannya. Siapa yang kenal Tuhannya, hilanglah dirinya. Maka timbullah kenal Allah dengan Allah.'' 

Wassalam.

Salam Makrifatullah.

Postingan Populer

Postingan Lainnya

Mari Menemui Allah

Nabi Muhammad ( Rasulullah)   bersabda bahwa Allah berfirman: “Apabila hamba-Ku ingin menemui-Ku, Akupun ingin menemui-nya dan bila ia engga...