Mahkluk Itu Hanya Menjadi Bekas Atau Tempat Penzahiran Ketuhanan

Firman Allah :

"TIAP-TIAP SESUATU AKAN BINASA, KECUALI DZAT-NYA, BAGINYA HUKUM ITU DAN KEPADANYA KAMU DIKEMBALIKAN."

DIA menyatakan DIRINYA melalui 4 pasal yang dizahirkan pada :

1. USUL (DZAT)

2. ASAL (SIFAT)

3. NAMA (ASMA)

4. PERBUATAN (AF'AL)

Yang menjadi empat jalan :

1. SYARIAT

2. THARIKAT

3. HAKIKAT

4. MA'RIFAT

Martabatnya :

1. SYARIAT itu AF'AL ALLAH

2. THARIKAT itu ASMA ALLAH

3. HAKIKAT itu SIFAT ALLAH

4. MA'RIFAT itu DZAT ALLAH

Alamnya :

1. Alam Syariat = Alam Nasut

2. Alam Tharikat = Alam Malakut

3. Alam Hakikat = Alam Jabarut

4. Alam Ma'rifat = Alam Lahut

Menjadi ;

1. Syariat jadi Tubuh

2. Tharikat jadi Hati

3. Hakikat jadi Ruh atau Nyawa

4. Ma'rifat jadi Sirr Rahasia.

Penjelasannya adalah :

1.DZAT = Wujud Dzat yaitu wujud yang HAQ pada Dzat Allah dipahami dengan Rabbul Izzati yaitu wujud yang sebenar-benarnya melekat pada Dzat Allah, yang menjadi Rahasia (SIRR), merupakan sesuatu yang tidak bisa di ucapkan tapi secara nyata bisa dirasakan, seperti rasa manis pada gula, rasa masin pada garam, hanya bisa dirasakan tanpa bisa dikatakan.

2.SIFAT = Wujud Sifat yaitu wujud yang melekat pada sifat dzat dipahami dengan sifat Allah yaitu terhimpunNya sekalian sifat dari segala sifat, yang dirangkum oleh para wali menjadi sifat 20, wujud sifat ini dinamakan juga Nur Muhammad, yang merupakan Ruh atau NYAWA pada diri.

3.ASMA = Wujud Asma yaitu wujud yang melekat pada nama dzat yakni terhimpunnya sekalian nama dari segala nama, yang diringkas menjadi asmaul husna 99 nama 1 rahasia, wujud ini dinamakan juga wujud iman, merupakan HATI pada diri tempat keyakinan yang menjadi iman kepada Allah sebagai cermin setiap makhluk yang memahami tentang dzat Allah.

4.AF'AL = Wujud Af'al yaitu wujud yang melekat pada perbuatan dzat dipahami dengan kelakuan Allah dalam Qudrat IradatNya, yaitu wujud yang keberadaanNya disebabkan oleh suatu sebab sehingga tidak terjadi dengan sendirinya, wujud ini dinamakan juga wujud adam, merupakan tubuh pada diri.

Sehingga pemahaman tentang wujud Allah ini adalah :

1. DZAT ALLAH jadi RAHASIA pada DIRI.

2. SIFAT ALLAH jadi NYAWA atau NUR MUHAMMAD atau RUH pada DIRI.

3. ASMA ALLAH jadi HATI atau IMAN pada DIRI.

4. AF'AL ALLAH jadi TUBUH pada DIRI.

-Tugas SIRR adalah merasakan.

-Tugas RUH adalah menghidupkan.

-Tugas HATI adalah mengakui.

-Tugas WUJUD adalah memperlihatkan AF'AL-NYA.

-Tugas AKAL adalah berfikir.

-Tugas NAFSU adalah berkeinginan.

-Jadi bukan Dzat melainkan RAHASIA pada DIRIKU.

-Bukan SIFAT melainkan NUR MUHAMMAD atau NYAWA menjadi RUH pada DIRIKU.

-Bukan ASMA melainkan HATI atau KEYAKINAN menjadi IMAN pada DIRIKU.

-Bukan AF'AL melainkan BATANG TUBUH pada DIRIKU.

Inilah yang sebenarnya MANUNGGALNYA SANG DIRI dengan TUHAN Yang Maha Esa, WUJUD MANUNGGALING KAWULA GUSTI atau yang dimaksud WAHDATUL WUJUD yang berada pada SANG DIRI meliputi DZAT SIFAT AF'AL dan ASMA, tiada jarak antara HAMBA dan TUHAN.


Semoga bermanfaat...

Wassalam.


Pentingnya Bermakrifatullah

Mempelajari makrifatullah jika disederhanakan adalah untuk mengenal kepada Tuhan (Yang Maha Esa-Tunggal-Ahad) agar menjadi manusia cerdas didalam berfikir, berakal, juga cerdas secara spiritual...

Agar sebodoh-bodohnya manusia dapat mengetahui dan membedakan mana Tuhan Yang Maha Esa dan mana yang disebut mahluk atau manusia...

Bisa membedakan mana yang disebut manusia dan mana yang dikatakan patung...

Bisa membedakan mana yang disebut Tuhan Yang Maha Esa dan mana yang disebut ruh qudus atau ruh suci...

Bisa membedakan mana yang disebut Tuhan Yang Maha Esa dan yang mana yang disebut Nama-Nama Tuhan Yang Maha Esa (Asmaa-Nya)

Agar kiranya bisa mebedakan mana Tuhan Yang Maha Esa sebagai "HAKIKAT AKU" dan mana yang dikatakan sebagai Aku sebagai Hamba (Abduhu).

Insan yang tidak memahami uraian yang dijabarkan diatas mereka itulah yang dikatakan didalam Surah Al-Araaf 179 seperti "Binatang ternak" bahkan lebih sesat lagi.

"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka jahanam kebanyakan dari Jin dan Manusia, mereka mempunyai hati tapi tidak dipergunakannnya untuk memahami Ayat-ayat Allah, dan mereka mempunyai mata tapi tidak dipergunakan nya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, dan mereka mempunyai telinga tapi tidak dipergunakannya untuk me dengar ayat-ayat Allah. Mereka itu seperti binatang ternak bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai"

Pemahaman tentang "Nur Muhammad" adalah dasar didalam ilmu Makrifatullah dan wajib difahami oleh setiap insan. Jika belum faham hakikat Nur Muhammad pastilah tidak akan sampai kepada pengenalan "Diri Yang Sebenarnya" dan pada pemahaman yang lebih mendalam lagi pasti kebanyakan orang akan mengatakan "Sesat dan Menyesatkan"

Barang siapa yang mengenal awal nya, niscya ia mengenal akhir nya. Karena awal dan akhir berada pada titik yang sama.


Semoga bermanfaat...
Wassalam.


Beragama Tanpa Bertariqah

Bertariqah ialah berguru kepada guru kammil mukammil yaitu pewaris ilmu Rasulullah yang membawa wasilah untuk ketemu Allah atau makrifatullah. 

Beragama tidak akan menghasilkan apa-apa jika tiada bertariqah, beragama hanya akan menjadi sebatas teori saja jika tanpa bertariqah. 

Jika telah bertariqah bertali akan wasilah Allah maka semuanya akan pasti-pasti sesuai dengan hukum Allah Yang Maha Pasti, karena agama ada caranya yang bisa dibuktikan, ada pintu portal untuk memasuki dimensinya yaitu jalan tariqah.

Agama itu datang dari Allah Yang Maha Pasti maka daripada itu agama bukanlah hanya sekedar teori saja, tetapi agama itu pasti karena datang dari Allah Yang Maha Mutlak Pastinya. 

Beragama yang tiada disertai cara atau tariqah (metodologi), pasti sampai kapanpun hanya sebatas teori saja tanpa ada jaminan kepastian. Sedangkan beragama yang disertai bertariqah akan sangat pasti sampainya, sangat pasti dan bisa dibuktikan, bahkan banyak salik walaupun dia masih di dunia ini namun ruhaninya bisa menembus negeri akherat, melihat surga dan neraka bahkan ketemu Allah atau makrifatullah.

Dengan bertariqahlah salik dapat menembus negeri langit atau negeri akherat, walaupun salik masih hidup di dunia tanpa harus menunggu mati dulu, walaupun jasmaninya masih ada di dunia ini tetapi akhirat adalah kenyataan bagi dirinya, karena tau caranya, hingga dapat melakukan perjalanan ruhani menembus langit atau akhirat bahkan bertemu Allah atau makrifatullah. 

Semuanya bisa dibuktikan lewat jalan tariqah, lewat guru mursyid yang kammil mukammil, dan pastinya negeri langit atau negeri akhirat pun dilewati dan dialami saat masih hidup di dunia tanpa harus menunggu mati dulu !!! Itulah gunanya tariqah dan wasilah yaitu sebagai tali penghubung atau tali penyambung antara manusia dengan Allah.

Firman Allah: ''Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (jalan) untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah (berjuanglah) di jalan-Nya, agar kamu beruntung. (QS. Al-Ma'idah Ayat 35)

Wassalam.

Salam Makrifatullah.

Mematikan Diri

Firman-Nya dalam Al-Qur'an; 

''..... Bukan engkau yang melempar apabila engkau melempar, tetapi Allah-lah yang melempar .....'' (QS. Al-Anfal 17)

Disebutkan dalam Hadist Qudsi;

"Aku di dalam Jiwa Kamu, Kamu tiada mengetahui" (Hadist Qudsi)

"Jika Engkau ingin melihat Aku, Lihatlah Diri Mu" (Hadist Qudsi)

"Bermula itu Hamba Allah, jangan syak, jangan ragu, apabila ragu kafir, Kita yakin bahwa Allah itu benar-benar Ada dan Nyata, karena yang nyata ini tiada yang ada hanya Allah semata" (Hadist Qudsi)

"Barang yang belum ada itu adalah Aku, dan Barang yang sudah ada itu adalah Aku jua" (Hadist Qudsi)

Mematikan diri (memfanakan diri) ialah menghapuskan ke-Aku-an diri sendiri yaitu kenal dzat kita sebagai Dzat Allah, wujud kita sebagai Wujud Allah, Tiada yang wujud hanya Allah. Hanya Allah tidak ada yang lain. 

Ketahuilah bahwa selagi masih merasa dan memandang akan adanya diri kita maka itu belum lagi sempurna sampai kepada yang Haq. 

Hamba yang telah Esa dengan Allah bukanlah berarti kita dan Allah (Tuhan) bersatu pada tempat yang sama, walaupun hanya Allah saja yang wujud, namun sifat kemanusiaan kita tetap berada dalam kekuasaan sifat keilahiaan, maksudnya kita tetap berada dalam kekuasaan Allah. 

Disebutkan dalam Hadist Qudsi;

"Manusia itu Rahasiaku, tiada lain Sifatku, dan dzatnya tiada lain adanya Aku, Allah nama Dzat, arti Dzat ada, itulah Diriku, baru bernama Hamba Allah, Tiada lain engkau itu hanyalah aku, dan Aku itu adalah engkau jua" (Hadist Qudsi)

Insan yang telah fana dalam Ke-Esa-an Allah, yang syuhud menyaksi bahwa Laa Maujudun illallah, yang tiada lagi secubit pun hakikat dirinya. Diri yang berdiri dengan asma-asma dan sifat-sifat Allah semata-mata. Yang dzahir Allah yang bathin pun Allah, Dunia Allah akhirat pun Allah, yang nyata Allah yang ghaib pun Allah, yang awal Allah yang akhir pun Allah. Semua itu Allah dan Allah itu semuanya. 

Inilah hamba yang total Lahaula wala quwwata illa billah. Hamba yang sudah fana dalam Ke-Esa-an Allah, Dzatnya adalah Dzat Allah, Sifatnya adalah Sifat Allah, Perbuatannya adalah Perbuatan (Af’al) Allah.

Nasehat Wali Allah

La ilaha illallah, Tiada Tuhan melainkan Allah. Lamaujudun Bihaqqin Illallah, Tiada wujud yang haq kecuali wujud Allah.

Wassalam.

Salam Makrifatullah.

Mengenal Allah Adalah Mengenal Diri

Sesuai dengan sabda Rasulullah saw: ''Barangsiapa mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya. Dan barangsiapa yang telah mengenal Tuhannya, maka binasalah dirinya dan Nyatalah Tuhannya.'' (Hadist Qudsi)

Apakah yang dikatakan Diri itu ? Dan apakah hubungan Diri itu dengan Tuhan ?

Manusia banyak yang lupa diri sehingga menyangka bahwa Diri yang sebenar-benar diri ialah Diri yang kelihatan yaitu jasad kasar atau badan (diri jasmani), Karena terpesona dengan alam dzahir manusia banyak yang lupa diri bahkan menyangka dirinya ada seperti adanya Allah.

Diri yang sebenar-benar diri bukanlah diri jasmani, Diri yang sebenar-benar diri (diri sejati) ialah Diri Ruhani yaitu Ruhullah (Sifatullah) yang berada di dalam jasad. Jasad hanyalah barang mati yang dihidupkan oleh Allah dengan Ruh-Nya. Jasad tak dapat hidup tanpa Ruh. Diri Sebenar-benar diri ialah penghidup jasad, dia lah hidup sebenar benar hidup, lagi menghidupkan.

Allah berfirman: "Maka apabila telah Ku sempurnakan kejadiannya dan Ku tiupkan kepadanya ruh-Ku." (QS. Shad 72)

Yang hidup dan menjalankan kehidupan itu ialah Ruh, dia lah yang memerintahkan jasad (jasmani). Hidup jasad karena Ruh, Tahu hati karena tahu Ruh, Kuasa jasad karena Ruh, Mendengar telinga karena mendengar Ruh, Melihat mata karena melihat Ruh, Berkata mulut karena berkata Ruh, saudaraku.

Semua perkara yang diatas boleh berlaku, karena kamu masih hidup. Jika Ruh (nyawa) telah meninggalkan jasad itulah disebut mati. Bila telah mati maka semua perkara yang diatas tidak boleh berlaku lagi. 

Dari itulah maka nyatalah kepada kita bahwa Ruh-lah yang Hidup bukannya Jasad atau Tubuh kita. Ketika mata melihat Ruh-lah yang melihat bukan mata kepala. Ketika otak berfikir Ruh-lah yang berfikir bukan otak kita, dan lain-lain sebagainya.

Ruh-Ku yang dimaksud dalam (QS. Shad 72) diatas ialah Ruh milik Allah yang berada di dalam jasad kita secara khusus. makanya Allah berfirman: "Dan Dia (Allah) bersama kamu di mana saja kamu berada." (QS. Al-Hadid 4)

Makanya Allah juga berfirman: "Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?" (QS. Az-Zariyat 21)

Manusia terdiri dari Diri Jasmani dan Diri Ruhani, Diri yang sebenar-benar diri ialah Diri Ruhani (Ruh) yang juga disebut Nur Muhammad (Sifatullah)

Sekarang pertanyaannya, dimanakah Allah ? Itulah rahasianya manusia.

Allah berfirman: “Di dalam missal itu hati, didalam SirKu adalah Aku Rahasia segala Insan yang ada di dalam Bathin. (Hadist Qudsi)

Allah berfirman: “Bumi dan langit-Ku tidak cukup memuat-Ku. tetapi hati hamba-Ku yang beriman, yang lemah lembut dan tenanglah yang mampu memuat-Ku.” (Hadist Qudsi)

Nabi Saw Bersabda: “Sesungguhnya Allah mempunyai tempat (wadah) dari penduduk bumi. wadah Tuhan kamu itu adalah hati hamba-hamba-Nya yang Saleh” (HR.Thabrani dari ibnu Umar al-Khaulani)

Rasulullah Saw ditanya: “Dimana Allah? dilangit ataukah dibumi? Beliau Menjawab: ”Di dalam hati hamba-hamba-Nya yang beriman” (Hadis yg diriwayatkan oleh ibnu Umar)

Dimanakah Allah ? Itulah rahasianya manusia. Maka Nabi kita bersabda: ''Itulah Amanah Allah kepadamu. Maka pulangkanlah amanah itu kepada Pemiliknya yang sebenar yaitu Dzat Wajibul Wujud yang Ghaibul Ghyub yang kepadamu menamankan Diri-Nya sebagai Allah.''

Sunan Kali Jaga Menfanakan diri

Cara memulangkan amanah Allah ialah matikan diri sebelum mati, sebagaimana diperintahkan oleh Nabi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yaitu; “Matilah sebelum mati”, Juga dalam sebuah hadist Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda; "Matikan dirimu sebelum engkau mati".  

Maksud dari hadist Rasulullah ini ialah untuk memfanakan diri (mematikan diri) yaitu meleburkan diri jasmani kepada diri ruhani sehingga melahirkan Diri sebenar-benar diri (kelahiran Ruhani), kemudian Diri Ruhani nantinya lebur pula kepada Diri yang Haq (Allah). Inilah disebut sampai kepada Allah, bertemu Allah, menyaksikan Allah,  Inilah namanya makrifatullah.

Untuk lebih jelas baca kembali; Mati Sebelum Mati, kemudian baca juga; Jalan Bertemu Allah.

Wassalam.

Salam Makrifatullah.

Mengapa Tuhan Menyebut Diri Nya Dzat ?

Mengapa Tuhan menyebut Diri-Nya Dzat yang bernama Allah ?

Dzat yaitu sesuatu yang dapat diketahui oleh akal akan adanya ia. Dzat ialah Wujud, Sedangkan nama ialah tanda bagi kewujudannya.

Tuhan menyebut Diri-Nya Dzat yang bernama Allah karena Tuhan telah menciptakan mahkluk. Tuhan membuktikan keberadaan Diri-Nya dengan menciptakan mahkluk. Karena Tuhan telah membuktikan keberadaan Diri-Nya makanya Tuhan menyebut Diri-Nya Dzat yang bernama Allah karena sudah dapat diketahui atau dikenal oleh mahkluk (ciptaan).

Baca kembali artikel sebelumnya: Pada hakikatnya Tuhan tiada ber-Dzat dan tiada ber-Nama. 

Allah Bukan Ruh Tetapi Allah Pencipta Ruh Seluruh Makhluk

Allah bukan ruh (roh), tetapi Allah ialah pencipta ruh seluruh mahkluk. Allah  itu bukan ruh tetapi Allah itu pencipta ruh, jadi jangan berkata tanpa ilmu, bahwa pencipta ruh adalah ruh anda akan ditertawai orang yang punya akal sehat! karena itu sama halnya berkata pencipta mobil adalah mobil.

Allah Tuhan langit dan bumi, Allah itu adalah Tuhan Yang Maha Hidup "Al - Hayyu" (Bahasa Arab), jika sudah dinyatakan bahwa  Diri-Nya (Allah) sebagai ''Al - Hayyu'' Yang Maha Hidup, Maka apakah perlu diberikan ruh agar Allah menjadi hidup ? Perlukah Allah dihidupkan padahal Dia Yang Maha Hidup ?  

Pertanyaannya; ''Siapa pula yang bisa memberikan Ruh kepada Allah agar Allah dengan RuhNya bisa hidup sedangkan Allah adalah Al - Awwal "Yang mengawali segala sesuatu ?"  

Jika anda cerdas,  maka anda akan menemukan Siapa Allah Tuhan langit dan bumi yang tidak sama dengan ciptaan-Nya,  Dia (Allah) Tidak membutuhkan kepada sesuatu untuk dapat hidup, ciptaan-Nya lah yang membutuhkan sesuatu untuk dapat hidup atas apa yang dianugerahi oleh Allah berupa ciptaan ruh milik-Nya yang dimasukkan ke jasad semua ciptaan-Nya. 

Allah mengurusi semua ciptaan-Nya, Dia tidak mengenal lelah terus menerus mengurusi ciptaan-Nya "Al - Qayyum" jadi tidak ada istilah buat Allah itu ada istirahatnya, Tuhan itu tidak pernah beristirahat! Kalau ada sosok yang diklaim sebagai Tuhan tapi ia mengantuk dan tidur,  dan butuh istirahat sudah pasti itu bukan Tuhan.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

اللّٰهُ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ الْحَـيُّ الْقَيُّوْمُ ۚ لَا تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌ ۗ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَ رْضِ ۗ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗۤ اِلَّا بِاِ ذْنِهٖ ۗ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۚ وَلَا يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهٖۤ اِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضَ ۚ وَلَا يَــئُوْدُهٗ حِفْظُهُمَا ۚ وَ هُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ

"Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Maha Hidup, Yang terus menerus mengurus mahkluk-Nya, Tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Maha Tinggi, Maha Besar." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 255)

Wassalam.

Terimakasih.

Nur Muhammad

Nur Muhammad adalah Nur Dzat yakni cahaya yang memancar dari Dzat Tuhan sejak azali hingga ke akhir zaman. Nur Muhammad merupakan rahmat bagi sekalian 'alam karena Nur Muhammad lah maka terjadi sekalian 'alam, terjadi nabi-nabi dan wali-wali, karena Nur Muhammad lah terjadi Nabi Muhammad dan pada Nabi Muhammad Nur/cahaya itu menjadi ruhnya. Nur Muhammad ialah Diri Sebenar-benar diri atau Diri Rahasia yakni Ruh Allah yang berada di dalam jasmani kita manusia, Rupanya sama saperti rupa kita tetapi ia ghaib, Dialah yang menjadikan kita hidup, Dia serba tahu karena datang dari Allah Yang Maha Tahu, Dia mengenal Allah kerana dia terpancar dari Dzat Allah.

Fana Fi Nur ialah fana kepada Nur Muhammad, fana kepada Nur Muhammad juga disebut Fana kepada Rasulullah atau Fana Fi RasulNur Muhammad ialah Rasulullah (utusan Allah).

Nur Muhammad foto

Nabi Muhammad bathiniyahnya telah wushul atau tersambung kepada Nur Muhammad, dengan kata lain Nabi Muhammad adalah tajalli sempurna daripada Nur Muhammad. Jadi diutusnya Nabi Muhammad sebenarnya adalah untuk mengembalikan manusia kepada kemurnian fitrah dasarnya, agar bisa kembali wushul atau tersambung fana (lebur) kepada Nur Muhammad, Sesiapa yang telah berhasil menfanakan dirinya ke dalam kesadaran mushahadah Nur Muhammad sehingga mampu menyaksikan hakikat wujud yang satu, maka ia dapat menjadi manusia sempurna, karena perilaku dan segala aktifitasnya senantiasa berada dalam liputan muraqabah Allah. Ia berpeluang menjadi wali (awliya) Allah yang bertubuhkan alif seperti tubuh Rasulullah. Alif ialah itibar bagi sifat hayyun Allah yang tidak pernah mengalami kematian.

Wassalam.
Terimakasih.

Tahap-Tahap Tauhid

Tahap-Tahap Tauhid menurut pandangan Imam Al-Ghazali.

Imam Al-Ghazali menjadikan sebiji kelapa sebagai contoh untuk menjelaskan tahap tahap tauhid seseorang itu. Seperti Iman, tauhid juga bertingkat-tingkat naik mengikut apa yang diyakini dan ditauhidkan oleh seseorang itu.

Ianya berkaitan rapat dengan apa yang ditashdiqkan oleh seseorang itu apabila mengucap Dua Kalimah Syahadah. Apa yang diyakini hasil pemahaman akan intipati kandungan Kalimah Syahadah itu disebut sebagai 'itikad.

 Adalah jelas 'itikad itu ialah hasil atau buah kepada pemahaman seseorang itu tentang Kalimah Syahadah-nya dan juga tentang Tuhannya. Dalam atau bertambah ilmunya maka meningkatlah Tauhidnya. Jika seseorang itu berpuashati dengan hanya mengetahui Rukun Iman & Rukun Islam sahaja, maka akan kekallah ia pada TAUHID ASAS. Ini disebut sebagai TAUHID ORANG AWAM.

Dalam hal ini seperti Iman juga tiada yang salah. Ianya tahap atau tingkat tingkat sahaja. Walaupun saseorang itu berusaha untuk mendalami ilmu agamanya, penentuan segala- galanya ada pada Allah jua. Maka dikatakanlah bahwa tingkatan tingkatan itu merupakan Anugerah Allah atau Ketentuan Allah.

TAUHID ASAS.

Jika seseorang bukan Islam mengucapkan Dua Kalimah Syahadah maka tidaklah boleh dikatakan ia orang kafir, kerana kita tidak tahu apa yang ditashdiqkan olehnya didalam hatinya. Ini seperti kulit bahagian luar kelapa yang hijau jika muda dan coklat bila masak.

TAUHID ORANG AWAM / AHLI SUNNAH WAL JAMA'AH

Jika seseorang itu mengucap Dua Kalimah Syahadah dengan mentashdiqkan dihati bahawa Tiada Tuhan Yang Disembah Melainkan Allah dan bahawa sesungguhnya Nabi  Muhammad itu Pesuruh Allah, maka tauhid sebegini disebut sebagai Tauhid OrangAwam.

Orang pada tingkat ini tidak mengamalkan NAFI & ISBAT dalam Kalimah Syahadahnya.

Maka berimanlah ia bahwa manusia itu ialah manusia manakala Tuhan ialah Tuhan. Perbuatannya ialah perbuatan dia selaku manusia dan Perbuatan Allah tidak ada kena mengena dengannya. Tauhid sebegini ibarat SABUT KELAPA yang tebal itu membawa arti orang awam yang ramai itu. Ianya juga disebut sebagai Tauhid Ahli Sunnah Wal Jama'ah.

TAUHID ORANG KHUSUS / KHAWAS

Orang orang pada tahap ini disamping mengakui akan Ketuhanan Allah dan Kerasulan Muhammad juga mentashdiqkan pengakuannya dengan NAFI & ISBAT. Kalimah Tauhid ditashdiqkan sebagai: Aku mengaku dengan bersaksikan diriku sendiri bahwa TIADA YANG NYATA didalam diriku melainkan Allah semata-mata.

Yang mengaku itu ialah YANG BERSUARA itu (nyawa / ruh) manakala saksinya ialah YANG MENYAMPAIKAN SUARA itu (jasad / badan) Kalimah Rasul ditashdiqkan bahwa: Aku mengaku dengan bersaksikan diriku sendiri bahwa AKULAH MUHAMMAD menyampaikan HAQ ALLAH.

Seperti yang disebut diatas yang bersuara itu ialah Nyawa atau Ruh (Nur Muhammad) dan saksinya ialah Jasad atau Badan. (yang menyampaikan suara) Tauhid sebegini diibaratkan sebagai isi kelapa oleh Imam Ghazali.

Orang orang pada peringkat ini beriman bahawa manusia itu tidak mempunyai apa apa daya upaya dan perbuatan. Segala daya upaya dan sebagainya adalah Sifat Sifat Allah belaka.

Maka segala perbuatan anggotanya pada hakikatnya adalah AF’AL ALLAH belaka. Anggota-anggota jasadnya merupakan ALAT atau SANDARAN bagi Allah melaksanakan PerbuatanNya.

Tauhid pada peringkat ini juga disebut sebagai TAUHID AF’AL. Ianya Tauhid Peringkat Pertama bagi orang Hakikat. Tauhid sebegini diibaratkan seperti ISI atau SANTAN KELAPA oleh Imam Ghazali.

TAUHID ORANG KHUSUS AL - KHUSUS

Tauhid yang sebegini ialah Tauhid Peringkat Tertinggi atau Tauhid Orang Khusus Al- Khusus. Orang orang pada peringkat ini mentashdiqkan Dua Kalimah Syahadah itu sebagai TIADA YANG WUJUD di alam mayapada ini. YANG WUJUD HANYA ALLAH atau dalam bahasa tasawufnya LA MAUJUDA ILLALLAH. Tiada Kalimah Rasul kerana pada mereka Nabi Muhammad itu pada hakikatnya ialah Sifat Allah Yang Agung. Orang yang bertauhid sebegini beriman bahwa dirinya sendiri sebagai manusia pada hakikatnya tidak wujud.

Dirinya merupakan Penampakan Allah Yang Nyata didunia ini atau dalam bahasa Tasaufnya disebut sebagai Tajalli Allah. Diri Yang Sebenarnya Diri yang meliputi jasadnya ialah RUH AL-QUDSI ALLAH. Jasadnya yang dianggap hidup itu pada hakikatnya mati dan dihidupkan oleh RUH AL-QUDSI ALLAH yaitu nyawanya.

Dirinya sebagai manusia merupakan alat atau sandaran Allah untuk menunjukkan  KeagunganNya, Kesempurnaan dan Kebesaran Allah. Sekiranya anda menganggap bahwa anda adalah penganut Ilmu Hakikat sewajarnyalah anda bertauhid pada peringkat Tauhid Khusus Al-Khusus (tauhid khawas ul khawas) ini.

Tauhid peringkat ini disebut juga sebagai TAUHID DZAT yang merangkumi Tauhid Sifat, Asma’ & Af’al. Imam Ghazali mengumpamakan Tauhid ini dengan RASA LEMAK SANTAN KELAPA yaitu dzat dalam santan kelapa itu. 

Wassalam.

Lahir Baru Atau Kelahiran Ruhani Atau Tiflul Ma'ani

Kelahiran pertama yaitu kelahiran jasmani saat ibu kita melahirkan kita. Adapun kelahiran yang kedua ialah lahir baru atau kelahiran ruhani yaitu lahirnya Diri sebenar-benar diri.

Jalan untuk wushul (sampai) kepada Allah ialah selalu menjaga badan pada jalan yang benar, selalu melakukan Syari'at siang dan malam dan mudawamah dzikrullah dengan sirri (hati) maupun jahar (bersuara).

Rasul bersabda; ''Dunia haram bagi ahli akhirat. Akhirat haram bagi ahli dunia. Dunia dan akhirat haram bagi ahli Allah.''

Yang dimaksudkan haram adalah jangan menjadi penghalang untuk selalu mengingat Allah. 

Mudawamah dzikir hukumnya fardhu yang harus dilakukan oleh semua manusia yang ingin dekat dengan Allah. 

Menurut Sultanul Auliya Syeihk Abdul Qadir Al Jailani Kelahiran Ruhani disebut Tiflul Ma'ani atau bayi maknawi karena ia dari Maknawiyah Qudsiyah. Pemberian nama Tiflul Ma'ani didasarkan kepada;

  1. Ia lahir dari Hati seperti lahirnya bayi dari Rahim ibu dan ia diurus dan dibesarkan hingga dewasa (dengan gerak rasa).
  2. Bayi bersih dari segala kotoran dosa lahirriyah. Tiflul Maani juga bersih dari Syirik dan Ghaflah (lupa kepada Allah).
  3. Tiflul Ma’ani Halus dan suci.
  4. Ia berwujud seperti rupa manusia (itu) juga karena manisnya bukan karena kecilnya dan dilihat dari Awal ada-nya, Ia adalah hakikatnya manusia (yang sebenar-benarnya kita atau manusia), Ia berhubungan langsung dengan Allah secara terus-menerus (jasad tidak dapat berhubungan dengan Allah).

Sebahagian sufi besar mengatakan bahwa Ruh Al-Qudsi ini atau Tiflul Ma'ani tidak dimiliki oleh sembarang orang, hanya orang-orang yang Khawaslah yang memilikinya.

Ruh Al-Qudsi telah Allah tempatkan di dalam rasa (sirri). Alatnya adalah ilmu hakikat, yaitu ilmu tauhid. Amalannya adalah mudawamah dzikrullah dengan lisan sirr tanpa suara dan huruf, siapapun tidak ada yang mampu mengetahuinya kecuali Allah. Adapun keuntungannya yaitu keluarnya Tiflul Ma’ani, musyahadah serta terarah dan melihat kepada Dzat Allah dalam keagungan-Nya dan dalam keindahan-Nya dengan penglihatan sirri.

Kesimpulan:

Tiflul Ma'ani atau Ruh Al-Qudsi adalah Lathifah yang selalu mengajak kembali kepada Allah. Ia bukan lain daripada Nur Muhammad Rasulullah, Ia adalah hakikat manusia yang dapat berhubungan langsung dengan Allah.

Wassalam.

Nabi Muhammad Itu Ada Dua Diri Atau Rupa

Manusia yang telah berada di maqam hakikat selain dapat hidup secara jasmani (seperti hidupnya manusia pada umumnya) juga dapat hidup secara ruhani (seperti hidupnya malaikat bahkan lebih tinggi derajatnya daripada malaikat). 

Nabi Muhammad itu ada dua diri atau dua rupa:

  1. Diri Nabi Muhammad yang hakiki ialah Diri Nabi Muhammad yang qadim yaitu Nur Muhammad; Diri yang tiada beribu dan tiada berbapak; Diri yang tidak kenal mati. (qadim disini beda dengan qadimnya Allah) 
  2. Diri Nabi Muhammad yang majazi ialah Diri Nabi Muhammad yang bersifat fana yaitu manusia biasa; Muhammad bin Abdullah, Insan Kamil, sebagai Nabi, diri yang bisa mengalami mati.
Baca juga Artikel lainnya tentang Muhammad;

Siapa Muhammad Rasulullah?

Untuk mengenal Allah maka kenali dulu Siapa Muhammad Rasulullah!

Muhammad Rasulullah disini bukanlah Nabi Muhammad bin Abdullah yang lahir di Kota Mekah, Tetapi Muhammad Rasulullah yang dimaksud disini ialah Muhammad Rasulullah yang tiada beribu dan tiada berbapak yaitu penghulu sekalian 'alam.

Siapa Muhammad Rasulullah? Muhammad Rasulullah ialah Diri sebenar-benar diri yaitu Ruh Allah (Nur Muhammad).

Adapun Nabi Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutalib yang ibunya bernama Aminah itu adalah manusia sempurna (Insan Kamil) sebagai nabi untuk menjadi uswatun hasanah atau contoh suri teladan yang terbaik bagi umat manusia di dunia ini. Nabi Muhammad adalah tajalli sempurna daripada Muhammad Rasulullah.

Siapa Muhammad Rasulullah? Muhammad Rasulullah ialah Diri sebenar-benar diri atau Diri Ruhani (Nur Muhammad). 

Diri Ruhani (Diri sebenar-benar diri) inilah diri yang terperangkap di dalam jasmani sehingga lupa dirinya karena terpesona dengan jasmani atau alam dzahir. Sehingga menyangka dirinya ialah Jasmani dan menyangka dirinya ada seperti adanya Allah. 

Maka dari itulah ada jalan Tariqat, Hakikat dan Makrifat supaya Diri dapat kembali mengenal hakikat Diri, Setelah Diri sempurna mengenal hakikat Diri, maka Diri atau Ruh yang mengenal akan menjadi Yang Hidup.

Diri sebenar benar diri ialah Ruh (Muhammad), Ruh ialah Hayat, Hayat ialah Hidup, Hidup ialah Allah. Mengapa Ruh (Diri sebenar-benar diri atau Muhammad atau Yang hidup) menjadi Allah? Karena sesungguhnya Tiada wujud selain Allah.

Ruh Allah itu bukan Allah, tetapi tiada lain daripada Nya, Muhammad itu bukan Allah tetapi tiada lain daripada Nya. Muhammad atau Ruh itu ialah Sifat, Sifat itu bukan lain daripada Dzat, Karena Dzat dan Sifat itu tiada bersatu dan tiada bercerai.

Muhammad Rasulullah ialah Diri sebenar-benar diriMuhammad Rasulullah ialah Ruh Allah yang dijadikan oleh Allah sebagai Perantara antara Allah dengan manusia, sebagai perantara antara Allah dengan mahkluk. Maka Barang siapa yang mengenal Muhammad Rasulullah maka ia akan mengenal Tuhannya. Barang siapa yang mengenal Muhammad Rasulullah akan dijadikan oleh Allah sebagai Wali-Nya (Kekasih Allah). 

Baca artikel lainnya tentang Muhammad;

Sekian dulu.

Wassalam.

Syari'at, Tariqat, Hakikat, Makrifat

Mengenai Tentang : Syari'at, Tariqat, Hakikat, Makrifat. 

Syari'at, Tariqat, Hakikat, Makrifat.

  1. Syariat itu Afa'al Allah.
  2. Tarikat itu Isma Allah.
  3. Hakikat itu Sifat Allah.
  4. Makrifat itu Dzat Allah.

Yakin.

  1. Syariat itu ilmu Yakin.
  2. Tarikat itu Ainul Yakin
  3. Hakikat itu Hakkul Yakin.
  4. Makrifat itu Akmal Yakin.

Dzahir, Batin, Awal, Akhir.

  1. Syariat itu Dzahir.
  2. Tarikat itu Batin.
  3. Hakikat itu Akhir. 
  4. Ma'rifat itu Awal.

Hukum.

  1. Syariat itu hukum Allah.
  2. Tarikat itu hukum Allah.
  3. Hakikat itu hukum Allah.
  4. Ma'rifat itu hukum Allah.

Daripada Nabi.

  1. Syariat itu perkataan Nabi.
  2. Tarikat itu perbuatan Nabi.
  3. Hakikat itu diri Nabi.
  4. Ma'rifat itu rahsia Nabi.

Dzikir.

  1. Dzikir cara syariat itu dengan lidah.
  2. Dzikir cara Tarikat itu dengan hati.
  3. Dzikir cara Hakikat itu dengan nyawa.
  4. Dzikir cara Ma'rifat itu dengan rahsia.

Pekerjaan.

  1. Pekerjaan syariat itu yang di katakan oleh lidah dan dikerjakan oleh hati.
  2. Pekerjaan Tarikat itu hati yang mengerjakan baik atau jahat.
  3. Pekerjaan Hakikat itu nyawa yang mengerjakan baik atau jahat.
  4. Pekerjaan Ma'rifat itu rahsia yang mengerjakan baik atau jahat.

Rumah.

  1. Rumah Syariat itu lidah.
  2. Rumah Tarikat itu hati.
  3. Rumah Hakikat itu budi.
  4. Rumah Ma'rifat itu Roh.

Adab.

  1. Adab orang-orang Syariat itu, orang-orang yang berdiri dengan tanda-tanda kenyataan.
  2. Adab orang-orang Tarikat itu, orang yang zikir tanpa tanda, hanya kurnia Allah.
  3. Adab Hakikat itu orang-orang yang tahu haknya dan hak Allah.
  4. Adab Ma'rifat itu orang-orang yang mengatahui perkataan dan Maqam.

Sembahyang.

  1. Sembahyang orang-orang Syariat itu tubuhnya yang disembahnya pada Allah.
  2. Sembahyang orang-orang Tarikat itu hatinya yang menyembah Allah.
  3. Sembahyang orang-orang Hakikat itu nyawanya yang menyembah Allah.
  4. Sembahyang orang-orang Ma'rifat itu Wahdatul Ujud yang menerima sembahyang, maka itulah sembahyang Nabi-nabi, Wali-wali Allah, Ahli-ahli Sufi dan orang-orang yang Kamil dan Mukamil.

Pintu.

  1. Pintu Syariat itu mulut.
  2. Pintu Tarikat itu dua lubang hidungnya.
  3. Pintu Hakikat itu dua biji matanya.
  4. Pintu Ma'rifat itu di antara mata putih dengan mata hitam.

Martabat.

  1. Martabat Syariat itu Alam Roh.
  2. Martabat Tarikat itu Alam Malakul.
  3. Martabat Hakikat itu Alam Jabarut.
  4. Martabat Ma'rifat itu Alam Lahir.

Tujuan.

  1. Tujuan Syariat itu supaya hatinya ada Nur.
  2. Tujuan Tarikat itu supaya dirinya dan nyawanya jadi mulia.
  3. Tujuan Hakikat itu supaya memisahkan di antara Hak dengan Batil.
  4. Tujuan Ma'rifat itu supaya dapat drajat Saddikin.
Habib Ali Zaenal Abidin


Wassalam.

Pasal Tentang Anasir

 Pasal Tentang Anasir

  • Anasir ALLAH                  : Dzat, Sifat, Asma, Af’’al
  • Anasir MUHAMMAD          : Awal, Akhir, Dzahir, Batin
  • Anasir HAMBA                     : Rahasia, Nyawa, Hati, Tubuh
  • Anasir ADAM                       : Api, Angin, Air, Tanah
  • Anasir BAPAK                      : Urat, Tulang, Otak, Sumsum
  • Anasir IBU                            : Bulu, Kulit, Darah, Daging

Meng-Esa-kan Allah Dalam Ragam Diri

  • Awal Muhammad itu Nurnya
  • Akhir Muhammad itu Ruhaninya
  • Dzahir Muhammad itu Rupanya
  • Batin Muhammad itu Dzatnya


Uraian

Rahasia hamba itu Batin Muhammad

Batin Muhammad itu Dzat Allah

Dzat Allah itu Rahasia hamba

Nyawa hamba itu Awal Muhammad

Awal Muhammad itu Sifat Allah

Sifat Allah itu Nyawa hamba

Hati hamba itu Akhir Muhammad

Akhir Muhammad itu Asma Allah

Asma Allah itu Hati hamba

Tubuh hamba itu Dzahir Muhammad

Dzahir Muhammad itu Af’’al Allah

Af’’al Allah itu Tubuh hamba


Note

Muhammad yang dimaksudkan disini ialah Diri kita yang bathin

Kemudian Hamba yang dimaksudkan disini Muhammad jua. 

Karena Tubuh, Hati, Nyawa dan Rahasia telah fana. 

Setelah Muhammad fana kepada Af'al, Asma, Sifat, Dzat. 

Maka nyatalah pada kita bahwa; Muhammad itu Allah jua.

 Diri dzahir dan batin kita sebenarnya hanyalah kenyataan 

 daripada Dzat, Sifat, Asma dan Af'al Allah jua

 Maka pahamlah kita bahwa; Allah itu Esa pada Dzat-Nya, 

 Esa pada Sifat-Nya, Esa pada Asma-Nya, Esa pada Af'al-Nya.

Seperti yang dijelaskan dalam Artikel sebelumnya baca disini Lamaujudun Bihaqqin Illallah



Wassalam.

Salam Makrifatullah.


Lamaujudun Bihaqqin Illallah

Tiada wujud yang sebenar-benarnya kecuali wujud Allah (Lamaujudun Bihaqqin Illallah)wujud yang ada hanya wujud Allah Yang Maha Esa, Esa Af'al, Esa Asma, Esa Sifat dan Esa Dzat-Nya. Hakikat sekalian 'alam termasuk diri kita adalah Allah Ta'ala. Segala-galanya atau segala sesuatu adalah mahkluk ciptaan Allah yang pada hakikatnya adalah tidak ada. Karena yang ada hanya Allah saja, Segala-galanya hanya Allah, dari sebelumnya, pada masa sekarang, dan masa yang akan datang, selama-lamanya hanya ada Allah Ta'ala.

Firman Allah: ''Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Dzahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu''. (QS. Al-Hadid 3)

Allah Maha Ada, Maha Segalanya dan Maha Dari Segalanya, Maha Sempurna. Di dalam firman Allah tersebut, Allah telah memberitahukan bahwa Allahlah segala-galanya, Allahlah semuanya; Yang awal, yang akhir, yang dzahir dan yang batin kesemuanya ialah Allah.

Yang awal yaitu Dzat Allah

Yang akhir yaitu Asma' Allah 

Yang dzahir yaitu Afa'al Allah dan 

Yang batin yaitu Sifat Allah

Kalau disusun mengikut susunan ialah:

Kenyataan Dzat Allah yaitu Dialah yang Awal

Kenyataan Sifat Allah yaitu Dialah yang Batin 

Kenyataan Asma' Allah yaitu Dialah yang Akhir 

Kenyataan Afa'al Allah yaitu Dialah yang Dzahir 

Foto Sunan Kali Jaga menfanakan diri

Kemudian yang dikatakan simbol bagi Dzat Allah ialah huruf Alif di mana sifat Dzat itulah yang bernama Muhammad (Nur Muhammad), yang kemudian menjadi Ruh bagi semesta 'alam. Ia pula yang disebut Ruh idhafi kepada manusia, bertempat di dalam jantung, di dalam fu'ad yang hidup pada kita yang berkata-kata di dalam badan kita.

Yang bernama Allah itu ialah: Dzat, Sifat, Asma, Af'al.

Alif yaitu : Dzat

Lam awal yaitu : Sifat

Lam akhir yaitu : Asma 

Ha yaitu : Af’al

Huruf; AlifLam awal, Lam akhir, Ha, Ketika keempat huruf itu digabung ''Alif, Lam, Lam, Ha'', maka membentuk asma (nama) Allah, itulah letak asma' Nya itulah yang bernama Allah.

Alif itu Dzat bagi Allah yang menjadikan rahasia bagi Muhammad dan menjadikan Cahaya kepada kita.

Lam awal itu Sifat bagi Allah menjadikan tubuh kepada Muhammad dan menjadikan Ruh kepada kita.

Lam akhir itu Asma bagi Allah menjadikan ilmu bagi Muhammad dan menjadikan Hati bagi kita.

Ha itu Af‛al bagi Allah menjadikan kelakuan pada Muhammad dan menjadikan jasad pada kita.

Firman Allah: "Dan pada bumi ada tanda-tanda (yang membuktikan keesaan dan kekuasaan Allah) bagi orang-orang (yang mahu mencapai pengetahuan) yang yakin.'' (QS. Az-Zariyat 20)

Firman Allah: ''Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?'' (QS. Az-Zariyat 21)

Diri kita dan seluruh 'alam (ciptaan) adalah kenyataan Dzat, Sifat, Asma' dan Af'al Allah.

Apabila kesemuanya Allah, tidak ada lagi selain dari Allah.

La ilaha illallah; Tiada ada hanya Allah, Tiada sesuatu yang ada hanya Allah, Tiada menyerupai Allah dengan segala sesuatu, Allah saja yang bersifat ada, kita dan selain dari Allah tidak mempunyai sifat ada sendiri.

Adanya diri dan ada selain dari Allah sebenarnya sedang menyatakan ada Allah.

Ada diri sendiri dan ada selain dari Allah adalah sebagai tanda dan ayat-ayat yang sedang menerangkan ada Allah, bukan menunjukkan ada diri sendiri dan ada selain dari Allah.

Allah berfirman: “Aku ini perbendaharaan tersembunyi, kemudian Aku ingin dikenal, kemudian Aku menciptakan makhluk-Ku, dengan Allah-lah mereka mengenal Aku”.(Hadits Qudsi)

Allah berfirman: ''Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku (mengabdilah hanya pada-Ku), dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.''(QS: Thaha 14)

Wassalam.

Salam Makrifatullah.

Mengenal Allah Lebih Dalam

Arti Esa

Qul Huwallahu Ahad.

Allah Maha Tunggal, Esa, Satu tiada berbilang.

Segala sesuatu atau sekalian 'alam atau sekalian makhluk dijadikan oleh Tuhan berada didalam ke Esa an dan keberadaan Tuhan. Makhluk bukan bahgian dari Tuhan. Tuhan tetap Tuhan, makhluk tetap makhluk selamanya. Tetapi mahkluk berada didalam ke Esa an dan keberadaan Tuhan.

Allah (Tuhan) itu Esa dan meliputi semesta alam, jadi bukan Allah yang berada di dalam alam tetapi alam lah yang berada di dalam Allah, bukan Allah yang berada di dalam mahkluk tetapi mahkluk lah yang berada di dalam Ke Esa an Allah. Allah bersama mahkluk bersatu tapi tiada bersekutu. Allah Maha Meliputi segala sesuatu.

Wujud makhluk itu seperti wujud bayang-bayang di dalam cermin (kiasan), bukan wujud yang hakiki. Wujud yang hakiki hanya ada Tuhan Yang Maha Esa. Tiada Yang Maujud kecuali hanya Tuhan. Adanya makhluk adalah dengan karena atau jika diadakan oleh Tuhan, demikian pula sebaliknya. Jika tidak karena diadakan oleh Tuhan maka makhluk tidak pernah ada.

Karena adanya Tuhan maka segala sesuatu ada. Segala sesuatu ada dalam ke Esa an dan keberadaan Tuhan. Segala sesuatu ada karena diadakan oleh Tuhan maka pada hakikatnya Tuhanlah lah yang wujud pada segala sesuatu yang ada baik yang nyata maupun yang tersembunyi.

Allah berfirman; "Dan Dia (Allah) bersama kamu di mana saja kamu berada." (QS. Al-Hadid 4)

Tuhan dan hamba adalah Esa jua tiada dua dan berbilang-bilang, tetapi untuk sampai kepada Ke-Esa-an ini maka fana-kan diri dulu atau fanafillah. 

''Inna rabbun wal abdun wahdah'' Artinya: ''Sesungguhnya Tuhan dan hamba itu Esa''.

Wassalam.
Salam Makrifatullah.

Makrifatullah Kenal Allah

Ilmu dalam Islam yang dibawa oleh Nabi kita Shallallahu 'alaihi wassalam di bagi jadi empat jenjang; 

  1. Syari'at
  2. Tariqah 
  3. Hakikat
  4. Makrifah

Yang empat jenjang ini di bagi jadi dua;

  1. Syari'at dan Tariqah di sebut ilmu Syari'at, yaitu: ilmu dzahir yakni ilmu mengenai cara beribadah kepada Allah secara dzahir yang dsebut fiqih.
  2. Hakikat dan Makrifah di sebut ilmu Hakikat, yaitu ilmu bathin, yakni ilmu mengenai cara beribadah kepada Allah secara bathin yang disebut Tasawuf. 

Selain daripada itu ada satu lagi ilmu wajib yaitu Ilmu Tauhid, yaitu ilmu untuk mengetahui kepada siapa kita beribadah.

Orang-orang yang di maqam syari'at mengenal Allah secara luar saja (secara dzahir), dalam pandangan orang-orang syari'at; kita ada, Allah ada. Kita diadakan Allah, sedangkan Allah tiada yang mengadakan-Nya.

Tetapi orang-orang yang berada di maqam hakikat mereka mengenal Allah secara bathin, mereka washil illallah (sempurna makrifat kepada Allah), mereka mengalami berada di dalam ke Esa an Allah atau fana fi Allah, mereka yang mengalami fana dan baqa dalam pandangan mereka yang ada hanya Allah saja (Laa Maujudun illallah). Inilah Maqam Hakikat yakni maqam orang-orang yang sudah sempurna makrifatullah. Maqam ini maqamnya ahli akhirat, maqam para Nabi/Rasul, maqam Wali-wali Allah yang tertinggi. Maqam ini adalah maqamnya Insan Kamil. 

Orang yang berada di maqam ini tidak lagi bersandar kepada tauhid dzahir tetapi tauhid mereka adalah tauhid bathin karena mereka telah mengalami Allah Ta'ala. Orang yang berada di maqam hakikat tiada lagi berpegang kepada syariat yang dzahir nas atau dalil, Karena mereka sudah berdiri sendiri menurut Sirnya, dengan kata lain syariat yang berlaku bagi mereka langsung dari Allah tanpa perantara. Mereka dapat menerima firman-firman dari Allah Ta'ala; berupa wahyu atau ilham. 

Kehendak mereka tidak berlawanan dengan kehendak Allah kerena mereka telah Esa bersama Allah. Sifat Allah menjadilah sifatnya. Ia telah fana dalam Tuhan dan baqa dalam Tuhan sehingga gerak dan geriknya hanya pada Tuhan. 

Jadi di maqam ini tidak ada syari'at, tariqah, hakikat dan makrifat lagi karena hanya Tuhan semata-mata. Yang dzahir Tuhan, yang bathin pun Tuhan. Dunia Tuhan, akhirat pun Tuhan, yang nyata Tuhan, yang ghaib pun Tuhan. Awal pun Tuhan, akhir pun Tuhan. Yang nyata Tuhan, yang ghaib pun Tuhan. Semua itu Tuhan dan Tuhan itu semuanya.

Tiada yang wujud (ada) diseluruh alam mayapada ini melainkan Allah semata-mata. 

Yang wujud hanya Allah mentajallikan Dirinya melalui Nama-nama dan Sifat-sifat-Nya ke dalam setiap yang kelihatan wujud.

Wujud itu adalah hanya Tajalli Allah. Hakikat 'alam ialah Allah sendiri. Apapun yang telah tiada, apapun yang sedang ada, dan apapun yang akan ada, sesungguhnya semua itu hanyalah dari Allah. Wujud diluar dan wujud didalam tidak berbeda. Semuanya adalah Satu Diri Yang Sama yakni Allah Ta'ala.

Foto untuk menghiasi artikel

Jadi bagi yang sudah sempurna makrifatullah (kenal Allah) dalam pandangan mereka yang ada hanya Allah saja, dalam pandangan mereka tidak ada lagi yang selain Allah, Allah semuanya. Tiada wujud yang haq kecuali wujud Allah (Lamaujudun Bihaqqin Illallah).

Wassalam.
Salam Makrifatullah.

Postingan Populer

Postingan Lainnya

Mari Menemui Allah

Nabi Muhammad ( Rasulullah)   bersabda bahwa Allah berfirman: “Apabila hamba-Ku ingin menemui-Ku, Akupun ingin menemui-nya dan bila ia engga...